Ahli
astronomi bangsa Babylonia telah lama dikenal unggul di dunia peradaban
kuno. Beberapa ribu tahun sebelum Copernicus, mereka telah menyadari
bahwa bumi dan planet-planet lain berbentuk bulat dan bahwa mereka
berputar mengelilingi matahari. Dengan pengetahuan ini mereka dapat
secara akurat memprediksi gerhana matahari dan bulan. Banyak pelajar
modern berasumsi bahwa bangsa Babylonia membangun ilmu astronomi mereka
sendiri, untuk memenuhi kebutuhan akan perhitungan yang akurat dari ilmu
astrologi mereka yang kompleks. Secara mengejutkan, hasil terjemahan
teori bangsa Babylonia baru-baru ini mengindikasikan bahwa posisi dan
pergerakan dari bintang dan planet dihitung berdasarkan persamaan yang
kompleks dari peradaban Bangsa Sumeria. Bangsa babylonia nampaknya tidak
memiliki pemahaman tentang teori dasar dari formula ini, hanya
mengetahui bagaimana menggunakannya saja.
Bangsa Sumeria bahkan
memiliki ilmu pengetahuan yang lebih tepat mengenai sistem solar dan
posisinya di semesta daripada mewarisi Bangsa babylonia yang mendahului
mereka. Penanggalan mereka direncanakan kurang lebih awal tahun 3000SM.
Apakah model tersebut untuk penanggalan saat ini, dan mereka terbukti
mengerti beberapa masalah astronomi yang lebih rahasia.
Misalnya
tentang rotasi bumi, perputarannya bergoyang tidak selalu tepat pada
porosnya, hal ini menyebabkan pergeseran secara perlahan-lahan -1
derajat setiap 72 tahun- mempengaruhi arah sumbu utara bumi. Fenomena
ini dinamakan perputaran gasing. Great Year- atau waktu yang dibutuhkan
sumbu utara-selatan bumi sampai ke tempatnya semula - adalah 25.921
tahun, dihitung dengan mengalikan waktu 72 tahun yang dilewati untuk
bergeser di masing-masing derajat dengan 360 derajat pada perputaran
penuh. Bangsa Sumeria mengerti tentang perputaran gasing ini dan
mengetahui seberapa panjang Great Year – pekerjaan yang luar biasa,
telah memberikan pengamatan sangat panjang yang rumit dan peralatan yang
memadai.
Bangsa Sumeria juga mampu mengukur jarak antar bintang
dengan sangat tepat. Namun bagaimana mungkin manusia pra teknologi
mempelajari batas-batas bumi, dan bahkan lebih misterius, mengapa?
Seperti juga peta bintang-bintang yang jelas-jelas sesuatu hal yang
dibutuhkan bagi penjelajah luar angkasa, namun untuk apa bangsa Sumeria
membuatnya?
Tradisi Babylonia Kuno yang Mewabah
tradisi
merayakan pergantian tahun yang kini mewabah di seluruh dunia
sebenarnya berawal dari orang-orang Babylonia kuno. Tradisi ini dimulai
2000 tahun sebelum Masehi, jadi sekitar 4.000 tahun lalu. Dalam sejarah
modern, letak Babylonia itu adalah Irak. Jadi, tradisi manusia merayakan
pergantian tahun berawal dari Irak.
Sebagaimana diutarakan
Reuters, orang Babylonia kuno menandai pergantian tahun pada akhir panen
musim semi dengan merayakan festival minuman keras dan makanan. Dalam
perjalanan waktu, perayaan pergantian tahun terus berlangsung hingga
kini. Antara lain dengan makan di restoran dan menyewa ruangan untuk
berpesta semalam suntuk. Tentu saja kini penggunaan minuman keras
dibatasi.
Diophantus (200 – 250)
Riwayat
Sekitar
tahun 250 seorang matematikawan Yunani yang bermukim di Alexandria
melontarkan problem matematika yang tertera di atas batu nisannya. Tidak
ada catatan terperinci tentang kehidupan Diophantus, namun meninggalkan
problem tersohor itu pada Palatine Anthology, yang ditulis setelah
meninggalnya. Pada batu nisan Diophantus tersamar (dalam persamaan) umur
Diophantus.
Seperenam kehidupan yang diberikan Tuhan kepadaku
adalah masa muda. Setelah itu, seperduabelasnya, cambang dan berewokku
mulai tumbuh. Ditambah sepertujuh masa hidupku untuk menikah, dan tahun
kelima mempunyai anak. Sialnya, setengah waktu dari kehidupanku untuk
mengurus anak. Empat tahun kegunakan bersedih.
Berapa umur Diophantus? *)
Dugaan
tentang kehidupan Diophantus cukup misterius. Kita hanya dapat menduga
lewat dua fakta yang menarik sebelum menarik kesimpulan. Pertama, dia
mengutip tulisan Hypsicles yang diketahui hidup sekitar tahun 150 SM.
Kedua, tulisan Diophantus dikutip oleh Theon dari Alexandria. Prakiraan
hidup Theon, diacu dari gerhana matahari yang terjadi pada 16 Juni 364.
Dengan dua fakta ini diperkirakan Diophantus hidup antara tahun 150 SM
sampai tahun 364. Para peneliti, menyimpulkan bahwa diperkirakan
Diophantus hidup sekitar tahun 250.
Karya Diophantus
Diophanus
menulis Arithmetica, yang mana isinya merupakan pengembangan aljabar
yang dilakukan dengan membuat beberapa persamaan. Persamaan-persamaan
tersebut disebut persamaan Diophantin, digunakan pada matematika sampai
sekarang.
Diophantus menulis lima belas namun hanya enam buku yang
dapat dibaca, sisanya ikut terbakar pada penghancuran perpustakaan besar
di Alexandria. Sisa karya Diophantus yang selamat sekaligus merupakan
teks bangsa Yunani yang terakhir yang diterjemahkan. Buku terjemahan
pertama kali dalam bahasa Latin diterbitkan pada tahun 1575. Prestasi
Diophantus merupakan akhir kejayaan Yunani kuno.
[Pierre] Fermat
mengetahui buku Diophantus lewat terjemahan Clause Bachet yang
diterbitkan tahun 1621. Problem kedelapan pada buku kedua tentang cara
membagi akar bilangan tertentu menjadi jumlah dua sisi panjang. Rumus
Pythagoras sudah dikenal orang Babylonia 2000 tahun silam – memberi
inspirasi bagi Fermat untuk menuliskan TTF /Theorema Terakhir Fermat
(Fermat Last Theorem).
Susunan dalam Arithmetica tidak secara
sistimatik operasi-operasi aljabar, fungsi-fungsi aljabar atau solusi
terhadap persamaan-persamaan aljabar. Di dalamnya terdapat 150 problem,
semua diberikan lewat contoh-contoh numerik yang spesifik, meskipun
barangkali metode secara umum juga diberikan. Sebagai contoh, persamaan
kuadrat mempunyai hasil dua akar bilangan positif dan tidak mengenal
akar bilangan negatif. Diophantus menyelesaikan problem-problem
menyangkut beberapa bilangan tidak diketahui dan dengan penuh keahlian
menyajikan banyak bilangan-bilangan yang tidak diketahui.
Contoh:
Diketahui bilangan dengan jumlah 20 dan jumlah kuadratnya 208; angka
bukan diubah menjadi x dan y, tapi ditulis sebagai 10 + x dan 10 – x
(dalam notasi modern). Selanjutnya, (10 + x)² + (10 - x)² = 208,
diperoleh x = 2 dan bilangan yang tidak diketahui adalah 8 dan 12.
Diophantus dan Aljabar
Dalam
Arithmetica, meski bukan merupakan buku teks aljabar akan tetapi
didalamnya terdapat problem persamaan x² = 1 + 30y² dan x² = 1 + 26y²,
yang kemudian diubah menjadi “persamaan Pell” x² = 1 + py²; sekali lagi
didapat jawaban tunggal, karena Diophantus adalah pemecah problem bukan
menciptakan persamaan dan buku itu berisikan kumpulan problem dan
aplikasi pada aljabar. Problem Diophantus untuk menemukan bilangan x, y,
a dalam persamaan x² + y² = a² atau x³ + y³ = a³, kelak mendasari
Fermat mencetuskan TTF (Theorema Terakhir Fermat). Prestasi ini membuat
Diophantus seringkali disebut dengan ahli aljabar dari Babylonia dan
karyanya disebut dengan aljabar Babylonia.
*) Misal umur x, sehingga x = 1/6x + 1/12x + 1/7x + 5 + ½x + 4 akan diperoleh x = 84, umur Diophantus.
Sumbangsih
Seringkali
disebut dengan ”Bapak” aljabar Babylonia. Karya-karyanya tidak hanya
mencakup tipe material tertentu yang membentuk dasar aljabar modern;
bukan pula mirip dengan aljabar geometri yang dirintis oleh Euclid.
Diophantus
mengembangkan konsep-konsep aljabar Babylonia dan merintis suatu bentuk
persamaan sehingga bentuk persamaan seringkali disebut dengan persamaan
Diophantine (Diophantine Equation) menunjuk bahwa Diophantus cukup
memberi sumbangsih bagi perkembangan matematika.
Ibrahim & Babylonia (Islam version)
Ibrahim
dilahirkan di Babylonia, bagian selatan Mesoptamia (sekarang Irak).
Ayahnya bernama Azar, seorang ahli pembuat dan penjual patung.
Nabi
Ibrahim AS dihadapkan pada suatu kaum yang rusak, yang dipimpin oleh
Raja Namrud, seorang raja yang sangat ditakuti rakyatnya dan menganggap
dirinya sebagai Tuhan.
Sejak kecil Nabi Ibrahim AS selalu
tertarik memikirkan kejadian-kejadian alam. Ia menyimpulkan bahwa
keajaiban-keajaiban tsb pastilah diatur oleh satu kekuatan yang Maha
Kuasa.
Semakin beranjak dewasa, Ibrahim mulai berbaur dengan
masyarakat luas. Salah satu bentuk ketimpangan yang dilihatnya adalah
besarnya perhatian masyarakat terhadap patung-patung. Nabi Ibrahim AS
yang telah berketetapan hati untuk menyembah Allah SWT dan menjauhi
berhala, memohon kepada Allah SWT agar kepadanya diperlihatkan
kemampuan-Nya menghidupkan makhluk yang telah mati. Tujuannya adalah
untuk mempertebal iman dan keyakinannya.
Allah SWT memenuhi
permintaannya. Atas petunjuk Allah SWT, empat ekor burung dibunuh dan
tubuhnya dilumatkan serta disatukan. Kemudian tubuh burung-burung itu
dibagi menjadi empat dan masing-masing bagian diletakkan di atas puncak
bukit yang terpisah satu sama lain. Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim
AS untuk memanggil burung-burung tsb. Atas kuasa-Nya, burung yang sudah
mati dan tubuhnya tercampur itu kembali hidup. Hilanglah segenap
keragu-raguan hati Ibrahim AS tentang kebesaran Allah SWT.
Ibrahim menghancurkan berhala kaum Babylonia
Orang
pertama yang mendapat dakwah Nabi Ibrahim AS adalah Azar, ayahnya
sendiri. Azar sangat marah mendengar pernyataan bahwa anaknya tidak
mempercayai berhala yang disembahnya, bahkan mengajak untuk memasuki
kepercayaan baru menyembah Allah SWT. Ibrahim pun diusir dari rumah.
Ibrahim
merencanakan untuk membuktikan kepada kaumnya tentang kesalahan mereka
menyembah berhala. Kesempatan itu diperolehnya ketika penduduk Babylonia
merayakan suatu hari besar dengan tinggal di luar kota selama
berhari-hari. Ibrahim lalu memasuki tempat peribadatan kaumnya dan
merusak semua berhala yang ada, kecuali sebuah patung yang besar. Oleh
Ibrahim, di leher patung itu dikalungkan sebuah kapak.
Mukjizat Allah: Api menjadi dingin
Akibat
perbuatannya ini, Ibrahim ditangkap dan diadili. Namun ia menyatakan
bahwa patung yang berkalung kapak itulah yang menghancurkan
berhala-berhala mereka dan menyarankan para hakim untuk bertanya
kepadanya. Tentu saja para hakim mengatakan bahwa berhala tidak mungkin
dapat ditanyai. Saat itulah Nabi Ibrahim AS mengemukakan pemikirannya
yang berisi dakwah menyembah Allah SWT.
Hakim memutuskan Ibrahim
harus dibakar hidup-hidup sebagai hukumannya. Saat itulah mukjizat dari
Allah SWT turun. Atas perintah Allah, api menjadi dingin dan Ibrahim pun
selamat. Sejumlah orang yang menyaksikan kejadian ini mulai tertarik
pada dakwah Ibrahim AS, namun mereka merasa takut pada penguasa.
Langkah
dakwah Nabi Ibrahim AS benar-benar dibatasi oleh Raja Namrud dan kaki
tangannya. Karena melihat kesempatan berdakwah yang sangat sempit,
Ibrahim AS meninggalkan tanah airnya menuju Harran, suatu daerah di
Palestina. Di sini ia menemukan penduduk yang menyembah binatang.
Penduduk di wilayah ini menolak dakwah Nabi Ibrahim AS. Ibrahim AS yang
saat itu telah menikah dengan Siti Sarah kemudian berhijrah ke Mesir. Di
tempat ini Nabi Ibrahim AS berniaga, bertani, dan beternak. Kemajuan
usahanya membuat iri penduduk Mesir sehingga ia pun kembali ke
Palestina.
(pic : Babylonia Map)
The Real Tower of Babel
Dikisahkan dalam Alkitab,
(Genesis
11:4) Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara
yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita
jangan terserak ke seluru bumi.
Sampai saat ini Menara Babel
merupakan misteri yang belum berhasil diungkap oleh para ahli sejarah.
Namun ada berbagai macam legenda rakyat dari peradaban kuno yang
menceritakan menara Babel ini.
Cina
Dulu
dikala Naga dan manusia hidup (Legend said so) bersama, Para naga yg
sangat bijaksana ini membangun sebuah Pilar yang dapat mencapai langit
sehingga manusia dapat pergi ke istana kahyangan, tp hal ini telah
membuat para dewa marah dan akhirnya pilar2 ini dihancurkan dan dibuang
ke 4 penjuru lautan. Para naga kemudian dihukum dan manusianya
dikacaukan bahasanya.
India
Cerita
lainnya mengenai Pilar brahma di daerah India. Cerita ini juga mirip,
intinya dipuncak pegungunan himalaya manusia membangun sebuah bangunan
untuk dapat pergi ke "Vishnu Flying Temple." Tp Siwa yang mengetahui hal
ini marah dan menghancurkan menara itu.
Suku Indian
Ada
juga istana Xelhua milik kebudayaan Mixtec dan Olmec. Ceritanya
mengenai Raksasa batu yang membuat Piramid ke Surga tetapi kemudian
dihancurkan dan manusia2xnya diterbangkan oleh angin kesegala arah
sehingga mereka tidak dapat bersatu.
Kemiripan cerita dari
beberapa peradaban kuno ini mirip dengan berbagai versi cerita banjir
besar. Sedangkan mereka terpisah ribuan tahun dan terisolasi satu dengan
lainnya. Jadi bagaimana mungkin sebuah cerita ada kemiripan di berbagai
peradaban yang tidak saling kenal satu dengan lainnya.
Letak dan Bentuk Menara Babel
Banyak
ahli yang membuat kesimpulan bahwa menara Babel merupakan salah satu
zigurat yang didirikan oleh bangsa Babylonia kuno. Tapi Babel bukan
Babylonia, dan Menara Babel bukan merupakan zigurat. Bahkan mungkin
Menara Babel bukan merupakan sebuah menara.
Dalam terjemahan
Alkitab, bangunan yang akan didirikan memang disebutkan sebuah menara
yang menjulang ke langit. Tapi dalam terjemahan asli Alkitab versi
bahasa Ibrani dan mitos dari berbagai peradaban kuno, bangunan tsb bukan
menara tinggi melainkan "tempat dimana terdapat pilar yang
menghubungkan dengan langit".
Sebenarnya jika dipikirkan dengan
logika, sangat lucu kalau manusia hendak membangun bangunan yang
menjulang ke langit tapi di atas sebuah dataran 'Shinar'. Jika ingin
membangun menara yang sampai ke langit, bukankah lebih gampang jika
didirikan diatas sebuah gunung yang tinggi? Setidaknya jika mendirikan
fondasi di atas gunung, setidaknya sudah setengah selesai.
Dalam
kutipan Alkitab diatas, benda yang disebut sebagai menara Babel adalah
sebuah benda yang bersifat monumental. Karena para pendiri ingin
dikenang sepanjang masa. Struktur ini harus bisa melewati berbagai
bencana global, seperti banjir besar ketika zaman Nuh.
Menurut
timeline sejarah di Alkitab, kota Babel telah lama ada sebelum zaman
kerajaan Babylonia. Jadi bisa dipastikan Menara Babel tidak ada hubungan
dengan Taman Gantung atau zigurat-zigurat yang didirikan untuk memuja
Dewa Marduk.
Dalam Alkitab juga tidak disebutkan bahwa Menara
Babel dihancurkan. Melainkan penduduk Babel meninggalkan kota itu dan
kemudian terpencar ke seluruh dunia.
Jadi untuk sementara sudah ada 3 petunjuk penting :
- Menara Babel bukan didirikan di Babylonia
- Menara Babel belum tentu berupa menara
- Menara Babel tidak dihancurkan, melainkan ditinggalkan
Kota Teotihuacan
Dari
3 petunjuk penting mengenai ciri menara Babel, dan mengabaikan
kesepakatan para arkeologis bahwa 'Land of Shinar' terletak di
mesopotamia, maka yang langsung terpikir oleh saya kota Babel yang
sebenarnya adalah Teotihuacan di Amerika Tengah.
Kata
Babel sendiri bisa berarti Gerbang/kota Dewa. Nama Teotihuacan diambil
dari bahasa Suku Aztec, artinya Kota Kelahiran Para Dewa. Di balik nama
itu, tertera makna , bahwa penciptaan dunia dimulai dari tempat ini. Tak
ada orang atau catatan yang pasti, siapa pembangun kota ini, dan untuk
apa Teotihuacan dibangun. Padahal, Teotihuacan merupakan kota sangat
makmur, tapi entah kenapa tiba-tiba ditinggalkan penghuninya. Kenapa
mereka meninggalkan Teotihuacan, si kota megah begitu saja?
Bangsa
Aztec yang menemukan kota ini bahkan tidak pernah tahu siapa yang
membangun kota besar ini dan mengapa mereka meninggalkannya. Dan hingga
hari ini masih menjadi teka-teki membingungkan. Sesuatu hal yang
mengerikan pastilah pernah terjadi di sini, hingga seluruh penduduknya
lenyap tak berbekas sehingga mengubah kota besar tersebut menjadi sebuah
kota hantu tak berpenghuni.
Tapi menurut catatan bangsa Maya,
kota Teotihuacan ditinggalkan sekitar abad 7 masehi. Berarti jauh hari
setelah zaman kerajaan Babylonia. Dan ini tidak cocok dengan deskripsi
kota Babel yang seharusnya dibangun sebelum era kerajaan Babylonia.
Stonehenge
Situs purbakala lainnya yang terpikirkan adalah Stonehenge.
Situs ini cocok dengan ciri-ciri :
- ditinggalkan oleh pembuat
- dibangun sebelum masa Babylonia berkuasa
- terdiri dari pilar yang bertujuan menghubungkan langit (diprediksi stonehenge digunakan untuk keperluan astronomi)
Stonehenge
merupakan sebuah monumen batu peninggalan masyarakat purba pada zaman
Megalitikum yang terletak di Salisbury Plain, Propinsi Wilshire,
Inggris. Stonehenge sendiri terdiri dari tiga puluh batu tegak (sarsens)
dengan ukuran yang sangat besar (masing-masing batu pada mulanya
seragam tingginya, yaitu 10 meter dengan masing-masing batu mempunyai
berat 26 ton), semua batu tegak tsb disusun dengan bentuk tegak
melingkar. Didalam 30 lingkaran batu besar tadi, juga masih terdapat
sekitar 30 batu dengan ukuran yang lebih kecil yang dinamakan Lintels,
yang disusun dengan bentuk melingkar juga. Tapi sayang, pada saat ini
kebanyakan batu-batu tegak tadi telah terkikis dan jatuh.
Kini,
batu-batu terkenal itu banyak dikunjungi oleh jutaan orang ditiap
tahunnya. Dan hingga saat ini belum ada kepastian apa sebenarnya
kegunaan Stonehenge pada masa lalu? apakah Kuil? Ramalan Cuaca?
Pekuburan? atau suatu alat untuk menentukan musim? atau mungkin ada
sangkut pautnya dengan pengukuran periode gerhana matahari dan bulan?
yups, semuanya masih menjadi misteri yang belum terpecahkan hingga saat
ini.
Mahenjo-Daro dan Harappa
Kemungkinan lain dari kota Babel adalah peradaban kuno di Lembah Indus. Pemikiran ini muncul dari kutipan berikut :
(Genesis
11:2) Maka berangkatlah mereka ke sebelah timur dan menjumpai tanah
datar di tanah Sinear, lalu menetaplah mereka di sana.
Peradaban di lembah Indus ini juga cocok dengan deskripsi "kota yang ditinggalkan.
(pic : Suasana kota Indus) Pada
1922, arkeolog menemukan situs kota kuno yang dinamakan Kota Harappa.
Kemudian pada sekitar 400 mil di sebelah tenggaranya juga ditemukan kota
kuno lainnya, Mohenjo-Daro. Berdasarkan hasil penelitian mereka,
diperkirakan bahwa peradaban kota-kota tersebut sudah berusia ribuan
tahun SM. Situs kota-kota kuno ini terletak di Distrik Larkana, Sidth
(Pakistan) dan dikenal sebagai situs Peradaban Lembah Indus. Belakangan
ditemukan lebih banyak lagi bekas kota di area situs tersebut hingga
keseluruhannya mencapai hampir 1.400 bekas kota. Dengan komunitas
penduduk pada masing-masing kota berkisar 35.000 orang maka daerah ini
dahulunya merupakan peradaban suatu komunitas yang ramai.
Walaupun
muncul ribuan tahun sebelum masehi, namun dari bukti-bukti yang
berhasil dikumpulkan oleh para ahli, menunjukkan bahwa pada masa itu,
penduduknya telah memiliki tingkat peradaban yang sangat tinggi. Antara
lain ditunjukkan dengan kemampuannya dalam hal perencanaan tata ruang
kota dengan struktur jalanan yang lurus dan rapi, rumah tempat tinggal
berbahan bangunan batu merah yang bahkan telah dilengkapi bak mandi
pribadi hingga anak-anak yang telah bermain dengan berbagai jenis mainan
(kereta-keretaan kecil, peluit berbentuk burung, dll) serta para
perempuannya yang sudah mengenal pemoles bibir (gincu), mengenakan
perhiasan berukiran indah (berarti juga sudah mengenal teknik pengolahan
logam) dan baju berwarna-warni. Untuk fasilitas umum, juga terdapat
kolam renang dengan fasilitas yang cukup lengkap di Kota Mohenjo-Daro.
Mereka juga memiliki tempat penampungan air bersih (reservoir) raksasa,
dengan saluran-saluran yang terhubung ke tiap-tiap rumah penduduknya.
Terdapat beberapa bukti tanda-tanda pemusnahan peradabannya adalah dari
suatu sebab yang mirip dengan efek bom atom. Jalan-jalan dipenuhi
serpihan seperti kaca hitam yang mencair karena panas yang sangat
tinggi. Pada beberapa sisa kerangka yang ditemukan, ada dalam berbagai
posisi seperti sedang berpegangan tangan, tampaknya terlanda malapetaka
dahsyat yang muncul tiba-tiba.
Peruvian Star Gate
Banyak
legenda kuno yang jika ditafsirkan dengan logika sekarang, maka
Dewa/Tuhan yang disembah masyarakat kuno adalah tamu dari luar angkasa
(Alien). Oleh karena itu kata Babel yang berarti "Gate of God" bisa saja
berupa sebuah portal untuk menuju galaxy lain.
Struktur
batu yang mirip dengan pintu gerbang raksasa ini ditemukan di gunung
Hayu Marca, sebelah selatan Peru. Yang cukup ganjil dari struktur batu
ini adalah ukuran tinggi dan lebar yang hampir sama persis 7x7 meter.
Walaupun tidak ada kota disekitar "Gate of God" ini, namun struktur batu
sekitarnya menunjukkan seperti bekas bangunan. Ciri ini cocok dengan
kriteria kota yang ditinggalkan dan tidak jadi dibangun. Ada kemungkinan
kota Babel yang akan dibangun terletak di kaki gunung tersebut, dan
letak menaranya adalah di gunung dan sebuah gerbang untuk menuju ke
dunia Dewa (surga).
Menurut pengalaman pribadi beberapa orang
yang menyentuh dinding batu yang mirip gerbang tsb, ada suatu sensasi
seperti energi yang mengalir. Beberapa orang mengaku mengalami sensasi
seperti sedang terbang menjelajah luar angkasa, melihat pilar-pilar api,
bahkan mendenarkan alunan musik yang tidak lazim dimainkan di Bumi.
Bahkan ada yang mengaku seolah-olah masuk kedalam terowongan dibalik
batu tersebut, padahal menurut para ahli, tidak ada ruang kosong dibalik
gerbang batu tersebut.
Ada kemungkinan memang situs ini adalah
kota Babel yang ditinggalkan. Masyarakat yang membangun situs ini ingin
mengunjungi dunia Dewa melalui gerbang tersebut. Karena Dewa tidak
mengijinkan maka dengan semacam alat yang mirip pengacau signal
telekomunikasi, bahasa manusia dikacaukan dan mereka menjadi tidak
saling mengerti satu dengan lainnya. Akhirnya gerbang tersebut tidak
selesai dibangun dan situs tersebut ditinggalkan oleh para penghuninya.
Berkaitan
dengan peradaban prasejarah dan sifatnya yang berkala, pendiri Falun
Gong/Fulun Dafa ,Mr. Li Hongzhi dalam bukunya (Zhuan Falun) menyebutkan :
"Di luar negeri, banyak ilmuwan pemberani secara terbuka telah
mengakui itu adalah suatu kebudayaan prasejarah, peradaban sebelum
peradaban manusia yang ada sekarang ini, yakni sebelum adanya peradaban
sekarang ini masih ada periode peradaban, bahkan tidak hanya satu kali
saja.
Berdasarkan pengamatan benda budaya yang tergali, ternyata
itu bukanlah produk dari satu masa peradaban saja. Oleh karena itu
dipercaya, dari sekian banyak kali peradaban manusia setelah mengalami
pukulan yang memusnahkan, hanya menyisakan sedikit orang yang masih
bertahan hidup dan menempuh kehidupan primitif, kemudian
berangsur-angsur berkembang menjadi sejenis manusia baru
lagi,demikianlah mereka mengalami perubahan melalui periode demi
periode.
Oleh ilmuwan fisika dikatakan bahwa gerakan materi
mengikuti hukum tertentu, perubahan segenap alam semesta kita juga
mengikuti hukum tertentu."
Dari uraian diatas telah menyingkap
pokok masalah penting sejarah manusia dan telah memecahkan rahasia serta
berbagai macam prasangka yang membingungkan para ahli sejarah selama
lebih dari setengah abad. Oleh karena itu kemungkinan lokasi dan bentuk
sebenarnya dari Menara Babel bisa berbagai macam kemungkinan.
Gilgamesh
Sumeria
kuno dikatakan merupakan salah satu peradaban yang memiliki kekayaan
besar dalam kultur kebudayaan mereka. Salah satu yang menarik dari
peninggalan bangsa ini ialah epik kepahlawanan Gilgamesh. Di dalam epik
tersebut, dikisahkan mengenai sesosok manusia luar biasa yang dianggap
setengah dewa, ia memiliki berbagai macam "tongkrongan" super dan dapat
terbang keruang angkasa. Terlalu umum? iya, ini cerita yang sudah
terlalu umum pada mitologi bangsa di dunia. Namun, ada beberapa hal yang
membuat predikatnya menjadi tidak umum apabila ini hanya sebatas
merupakan imajinatif. Didalam epik Gilgamesh, keadaan ruang angkasa
digambarkan dengan begitu detailnya, mengenai bagaimana keadaan di ruang
hampa udara tersebut, gravitasi-nya dan bentuk-bentuk gambaran
benda-benda diruang angkasa termasuk bumi. Semuanya bahkan digambarkan
sangat tepat. Darimanakah si pengarang cerita dapat mengetahui gambaran
sebegitu detail mengenai hal itu semua? Mungkinkah ada seseorang yang
pernah terbang mengarungi ruang angkasa dimasa silam, kemudian ia
mengisahkannya ke bangsa Sumeria? Menarik memang apabila penjelajah
ruang angkasa ini adalah yang mereka sebut sebagai Gilgamesh, si manusia
setengah dewa itu.
Tripel Pythagoras
(sumber : Hendra Gunawan, dosen Matematika ITB).
TRIPEL
Pythagoras adalah tripel bilangan bulat positif a, b, dan c yang
memenuhi persamaan a2 + b2 = c2. Contoh tripel Pythagoras yang paling
sederhana adalah 3, 4, dan 5, atau 5, 12, dan 13, sebagaimana sering
dibahas di SLTP.Pythagoras adalah seorang filsuf dan matematikawan
Yunani kuno yang lahir sekitar tahun 580 SM. Nama tripel Pythagoras
diberikan karena Pythagoras, atau setidaknya para muridnya, diyakini
sebagai orang yang pertama kali membuktikan bahwa persamaan a2 + b2 = c2
sesungguhnya berlaku secara umum pada sembarang segitiga siku-siku
dengan sisi-sisi tegak a dan b dan sisi miring c (di sini a, b, dan c
tidak harus merupakan bilangan bulat, tetapi sembarang bilangan real
positif). Dalil ini pun kemudian dikenal sebagai Dalil Pythagoras.
Namun,
sesungguhnya, tripel Pythagoras sudah dikenal oleh orang Babylonia
sejak tahun 1600 SM. Pengetahuan tentang tripel Pythagoras diperlukan,
misalnya, dalam tukar-menukar (barter) tanah pada zaman itu. Seseorang
yang mempunyai sebidang tanah berukuran 50 x 50 meter persegi, misalnya,
dapat menukarnya dengan dua bidang tanah berukuran 30 x 30 dan 40 x 40
meter persegi.
Pada zaman itu, orang Babylonia bahkan sudah
tahu pula bagaimana menemukan tripel Pythagoras. Sebagai contoh, mereka
tahu bahwa jika m ganjil, maka m, 1/2 (m2 - 1), dan 1/2 (m2 + 1)
merupakan tripel Pythagoras; dan jika m genap, maka 2m, m2 - 1, dan m2 +
1 merupakan tripel Pythagoras.
Nah, menelusuri cara berpikir
orang zaman dulu, tulisan ini akan membahas secara detail bagaimana
menemukan tripel Pythagoras tersebut.
Pertama catat bahwa jika a,
b, dan c merupakan tripel Pythagoras dan k sembarang bilangan bulat
positif, maka ka, kb, dan kc juga merupakan tripel Pythagoras, karena
(ka)2 + (kb)2 = k2 (a2 + b2) = k2c2 = (kc)2. Oleh karena itu, kita cukup
mencari tripel Pythagoras dasar, yakni tripel bilangan bulat positif a,
b, dan c, yang tidak mempunyai faktor sekutu selain 1 dan memenuhi
persamaan a2 + b2 = c2. Sebagai contoh, 3, 4, dan 5 merupakan tripel
Pythagoras dasar, sedangkan 6, 8, dan 10 bukan (karena tripel terakhir
ini mempunyai faktor sekutu selain 1, yakni 2).
Untuk
selanjutnya, asumsikan a, b, dan c merupakan tripel Pythagoras dasar.
Kita sekarang akan mempelajari karakteristik atau sifat-sifat ketiga
bilangan tersebut.
Sifat 1: a dan b tidak mungkin kedua-duanya genap.
Bukti:
Jika a dan b genap, maka c juga akan genap. Dalam hal ini, a, b, dan c
mempunyai faktor sekutu 2. Ini bertentangan dengan asumsi bahwa a, b,
dan c tidak mempunyai faktor sekutu selain 1. (QED).
Sifat 2: a dan b tidak mungkin kedua-duanya ganjil.
Bukti:
Jika a = 2m + 1 dan b = 2n + 1, maka a2 + b2 = 4(m2 + m + n2 + n) + 2,
sehingga sisa hasil bagi a2 + b2 dengan 4 adalah 2. Sementara itu, sisa
hasil bagi c2 dengan 4 adalah 0 atau 1. Jadi tidak mungkin a2 + b2 = c2.
(QED). Berdasarkan kedua pengamatan di atas, salah satu di antara a dan
b mestilah genap dan yang lainnya mestilah ganjil. Dengan demikian,
kita peroleh sifat berikut.
Sifat 3: c ganjil.
Bukti:
Jika a genap dan b ganjil, maka a2 genap dan b2 ganjil. Karena itu c2
ganjil, dan sebagai akibatnya c juga ganjil. Demikian pula jika a ganjil
dan b genap, maka c ganjil. (QED).
Untuk selanjutnya, asumsikan a genap, b ganjil, dan c ganjil. Dalam hal ini kita peroleh sifat berikut.
Sifat 4:
a = 2mn, b = m2 - n2, dan c = m2 + n2, dengan m > n dan m dan n tidak mempunyai faktor sekutu selain 1.
Bukti:
Tulis a2 = c2 - b2 = (c - b)(c + b). Berdasarkan asumsi di atas, kita
tahu bahwa c - b dan c + b genap. Selanjutnya tinjau 1/2 (c - b) dan 1/2
(c + b). Akan kita tunjukkan bahwa faktor sekutu terbesar dari kedua
bilangan ini adalah 1.
Untuk itu, andaikan 1/2 (c - b) dan 1/2 (c
+ b) mempunyai faktor sekutu k > 1. Dalam hal ini terdapat p dan q
sedemikian sehingga c - b = 2kq dan c + b = 2kp. Dari sini kita peroleh c
= k(p + q) dan b = k (p - q). Sementara itu, a2 = 4k2pq. Dengan
demikian pq mestilah merupakan kuadrat sempurna, katakan pq = r2.
Akibatnya, a = 2kr, dan karena itu a, b, dan c mempunyai faktor sekutu k
> 1. Ini bertentangan dengan asumsi bahwa a, b, dan c tidak
mempunyai faktor sekutu selain 1. Dengan demikian 1/2 (c - b) dan 1/2 (c
+ b) tidak mungkin mempunyai faktor sekutu selain 1.
Sekarang
misalkan a = 2r (ingat: a genap). Maka, r2 = 1/2 (c - b) . 1/2 (c + b),
sehingga mestilah 1/2 (c - b) dan 1/2 (c + b) merupakan kuadrat
sempurna, katakan 1/2 (c - b) = n2 dan 1/2 (c + b) = m2, dengan m > n
dan m dan n tidak mempunyai faktor sekutu selain 1. Dari sini kita
peroleh c = m2 + n2, b = m2 - n2, dan a = 2mn. (QED)
Hasil
terakhir mengatakan jika a, b, dan c merupakan tripel Pythagoras dasar,
maka a, b, dan c mestilah memenuhi Sifat 4. Sebaliknya tidak berlaku:
Jika a, b, dan c memenuhi Sifat 4, maka a, b, dan c hanya merupakan
tripel Pythagoras, belum tentu merupakan tripel Pythagoras dasar.
Sebagai contoh, untuk m = 3 dan n = 1, kita peroleh a = 6, b = 8, dan c =
10. Untuk memperoleh tripel Pythagoras dasar, kita harus membaginya
dengan faktor sekutu terbesar.
Sifat 4 lebih dikenal sebagai
Dalil Tripel Pythagoras. Berbeda dengan Dalil Pythagoras, dalil ini
tidak berurusan dengan geometri (baca: segitiga siku-siku). Seperti kita
lihat di atas, pembuktian dalil ini murni berdasarkan sifat-sifat
bilangan bulat. Berdasarkan penemuan arkeologi, sejarah mencatat
bahwa-selain orang Babylonia-orang Mesir kuno pun sudah memiliki
pengetahuan tentang bilangan dan geometri. Namun, orang Yunani kunolah
yang mampu melihat kaitan yang erat di antara keduanya. Bahkan,
dipelopori oleh Pythagoras, orang Yunani kuno pulalah yang
memperkenalkan aksioma, postulat, dalil, teorema dan pembuktian, seperti
yang kita kenal hingga sekarang ini dalam matematika.
Sedikit
catatan tentang pembuktian. Salah satu cara pembuktian yang cukup sering
dilakukan dalam matematika adalah pembuktian dengan kontradiksi, yang d
kenal pula sebagai reductio ad absurdum. Cara ini digemari, misalnya,
oleh Euclides sekitar tahun 300 SM. Prinsipnya sederhana saja: jika
dengan menyangkal bahwa pernyataan P benar (yakni dengan mengandaikan
bahwa P salah) ternyata muncul suatu kontradiksi, maka kita simpulkan
bahwa P mestilah benar. Sebagai contoh, pembuktian Sifat 1 dan 2, serta
sebagian dari Sifat 4, merupakan pembuktian dengan kontradiksi.
Nol, Pengisi Kekosongan yang Membingungkan.
(sumber :Yura Syahrul)
Kenapa
bukan 1, atau 2, atau 3. Atau angla 7 yang dianggap keramat oleh
sebagian kelompok agama dan budaya di dunia. Kenapa justru angka nol
yang masih misterius hingga kini dan memusingkan kepala ahli matematika
dunia. Orang pernah ribut soal kapan manusia memasuki Milenium Ketiga
dengan resiko milenium bugnya. Gara-gara angka nol, ahli hitung bersilat
lidah tenteng permulaan tahun Masehi.
Jika berpijak pada skala
bilangan 0 sampai 9, milenium ketiga jatuh pada hari pertama tahun 2000.
Tetapi bila skala bilangan dimulai dari 1 sampai 10, abad baru itu
dibuka pada tanggal 1 Januari 2001. Angka 0 dianggap mempunyai nilai
yang pasti sehingga 1+0=1. Tapi ada yang menganggap 0 identik dengan tak
berhingga (~), karena memiliki nilai yang tidak pasti. Coba saja
kalikan sebuah bilangan dengan nol. Mengapa hasilnya menjadi tidak ada
alias nol? Komputer canggih sekalipun akan berasap jika menghitung
sebuah bilangan dibagi nol.
Kebingungan itu berhulu dari apakah
nol termasuk sebuahnperlambang angka atau bilangan yang turut serta
dalam operasi perhitungan?(jawabnya turut serta dalam operasi
perhitungan-MATKITA.com). Bila menilik sejarah tak ada yang tahu dengan
pasti kapan simbol ketiadaan ini pertama kali muncul. Ratusan tahun yang
lampau manusia hanya mengenal 9 lambang bilangan, yakni 1,2,3,4,5,6,7,8
dan 9. Kemudian datang sang pembuat kontrversi, angka 0.
Ada
yang mengatakan nol memulai kisah sejarahnya dari Mesir. Lain pihak
menyatakan angka ini pertama kali mucul lewat sejarah Babylonia, wilayah
Irak sekarang, dan menyebar ke Jazirah Arab serta India. Pertama kali
ia hanya dijadikan lambang pelengkap dari deretan bilangan: nol sebagai
angka 0 dan sebagai tanda pengisi tempat kosong dalam sistem bilangan.
Bedakan antara 2106 dan 216.
Semula angka masih berupa angan
yang abstrak, yang konsepnya jauh dari konkrit. Orang menyebut gucangan
mental ketika menemukan lima kuda menjadi 5 kuda begitu dibubuhkan
diatas kertas. Bangsa Babylonia yang menorehkan itu pertama kali, selama
lebih 1.000 tahun tak peduli dengan keambiguan nol. Orang-orang Kish,
nama tempat di Selatan Irak sekarang, sekitar 700 tahun sebelum Masehi
menggunakan tanda tiga pengait untuk mengisi tempat kosong diantara
posisi angka. Di belahan dunia lain, bangsa Yunani kuno memakai penanda
tempat kosong dalam deret bilangan. Dipelopori oleh Ptolemius, ahli
algoritma, merasa memperkenalkan nol dengan bentuk 0 seperti sekarang
ini pada 130 Masehi.
Meski baru menggunakan lambang 0 untuk
menandai nol pada 876 Masehi, Aryabhata, matematikawan India, telah
memasukkan nol dalam sistem perhitungan bukan sekedar tempat kosong.
Lewat tiga serangkai Brahmagupta, Mahavira dan Bhaskara lahirlah operasi
aritmatika yang mengikutsertakan nol. Mereka menghasilkan risalah yang
merupakan karya hebat masa itu: nol ditambah dengan bilangan negatif
hasilnya bilangan negatif dan bilangan positif ditambah nol hasilnya
positif. Nol dikurangi bilangan negatif hasilnya positif, nol dikurangi
positif hasilnya negatif dan nol ditambah nol hasilnya nol. Begitu pula
hasil perkalian dan pembagian dengan nol, yang hasilnya sama dengan yang
dikenal sekarang.
Kerja brilian matematikawan India ini
berembus ka Barat, tepatnya Jazirah Arab. Dan ke Timur, tepatnya di
Cina. Di Irak orang menyebut Ibnu Ezra yang hidup pada abad 12 Masehi,
di Cina Chu Shih Chieh yang hidup pada abad 13 dan Fibonacci pada abad
ke 12 di Italia, yang memperkenalkan dan mengembangkan penggunaan nol
sebagai tanda dan perhitungan. Patut dicatat sumbangan suku maya yang
mendiami selatan Meksiko pada 665 Masehi yang mengawali angka nol lewat
satuan nilai berbasis 20. Pada 1600 penggunaan nol telah meluas di
dunia.
Hingga kini nol masih berselaput misteri. Nol berguna
untuk membedakan 5,50,500. Nol nyata sebagai angka, tapi perdebatan tak
jua usai saat 5 dibagi 0. Ajukan pertanyaan ini dan anda menemukan
kernyitan dahi.
Emerald Tablet
Jauh
sebelumnya, 3.000 tahun sebelum masehi, telah dibuat suatu prasasti
dengan batu Emerald dinamai Emerald Tablet, saat kerajaan Babylonia
sedang terbentuk, yang diterjemahan oleh Newton ke dalam bahasa latin,
berbunyi:
(Quod est inferius est sicut quod est superius,
et quod est superius est sicut quod est inferius
As above, so below. As within, so without!
Sebagaimana atas, sedemikian juga di bawah. Sebagaimana di dalam, sedemikian juga di luar!)
Emerald
Tablet ini dinyatakan ditulis oleh Hermes Trismegistus (nama julukan
saja), dan dijadikan pegangan oleh para pemuka masyarakat yang pertama.
Dalam sejarah ilmu pengetahuan, dahulu dikenal nama Alchemy (Arabic:
Al-Kimia), ahli pengetahuan kimia yang juga berprofesi seperti filosofer
dan rohaniwan. Alchemy menyelidiki tentang kondisi alam dan lingkungan
baik yang berhubungan dengan kimia, metalurgi, fisika, pengobatan,
astrologi, mistik, spiritual, dan semua seni budaya tentang adanya
kekuatan yang lebih besar dari manusia. Jadi sejak jaman dulu manusia
sudah percaya adanya suatu kekuasaan yang lebih besar, tapi mungkin
belum disebut sebagai Tuhan.
The Legend of Anunaki
Legenda
Anunaki ini dibagi dalam 2 bagian, yg satu ada didalam Legenda Sumeria
dan yang lainnya didalam Legenda Babylonia, Walaupun mereka berdua
berasal dari kebudayaan Mesopotamia tetapi Gap waktu diantara 2 kerajaan
besar ini jauh sekali, hampir 2000 thn.
Anunaki itu artinya Langit dan Bumi. Mereka ini adalah kelompok para Dewa pelindung bumi. 300 di Langit dan 300 di bumi.
Cerita
mengenai Anunaki digolongkan sebagai sebuah mitologi dan tampaknya
mempengaruhi kebudayaan2x lain yang berkembang selanjutnya di daerah
Mesopotamia dan Ionia (Yunani).
Mereka terlahir dari Anu dan Ki, The Heaven and The Earth.
Pemimpin
mereka adalah sekelompok "Dewa" yang berasal dari langit yang disebut
Council of Anu (Anuna), mereka memerintah dari Dilmun (The City Of Gods
setara Olympus dalam mitologi Yunani). Dan kemudian mereka memerintahkan
para Igigi untuk "menuai" hasil di bumi ini (Menambang Emas).
Singkat
cerita terjadi keributan diantara para Igigi ini mengenai tugas dan
pekerjaan mereka dan jg terjadi perebutan kekuasaan antara Enlil dan
Enki. Kingu dan Tiamat memimpin para Igigi untuk memberontak tetapi
berhasil dikalahkan oleh Marduk anak dari Enki.
1/3
dari para Igigi telah musnah dalam perang ini dan akibatnya sekarang
tidak ada lagi yang melakukan pekerjaan mereka. Council of Anu kemudian
meminta saran Enki yang akhirnya membuat "mahluk" dari Tanah liat yg
dicampur dgn darah dari Kingu dan jadilah mereka disebut Manusia.
Mereka
mengerjakan tugas2x untuk membuat hidup para Dewa menjadi nyaman.
Tetapi kemudian mereka sering sekali memohon dan meminta dan jg membuat
keributan.
Pada
awalnya manusia tidak dapat bereproduksi, mereka diciptakan sesuai
kebutuhan. Enki mempercayakan pengerajaan pembuatan manusia kepada
seorang Dewi bernama Mami.
Karena
kebutuhan para Dewa yang terus menerus meningkat maka mami menciptakan
banyak sekali manusia. Manusia ini karena tidak memiliki kekuatan apa2x
selalu hanya bisa meminta dan meminta kepada para Dewa dan ini
mengesalkan Enlil, Raja para Dewa di Eridu. Dia lalu menurunkan wabah
penyakit. Dan punahlah manusia versi ke 2.
Kemudian
para Igigi diperintahkan untuk mengerjakan tugas2x manusia kembali,
setelah 40 hari para Igigi tidak mau melakukan pekerjaan kasar ini dan
kemudian perang terjadi lagi. Perang kali ini memperebutkan Pohon
kehidupan dimana manusia "dibuat". Akibatnya Pohon kehidupan ini rusak.
Para Igigi ingin merebut Pohon kehidupan karena dengan ini mereka dapat
membuat manusia sendiri dan tidak perlu lagi mengerjakan pekerjaan kasar
yang diminta oleh para Dewa di Langit dan jg di Bumi.
(Dalam
hal ini, para Dewa di bumi seperti seorang Mandor yang menjaga
pekerjaan dan para Dewa dilangit seperti para Manager yang memberi High
Level Instruction).
Enki
lalu menciptakan Manusia baru generasi ke 3. Kali ini karena pohon
kehidupan telah rusak maka dia menciptakan hal baru yaitu manusia
sekarang dapat bereproduksi sendiri. Igigi diperintahkan untuk mengajari
manusia2x ini untuk melakukan tugas yang seharusnya mereka lakukan.
Enlil
berpesan bahwa manusia2x ini tidak boleh diajari rahasia para Dewa.
Tetapi Enki mengajari para manusia ini bagaimana bercocok-tanam, membuat
obat2xan, etc. Dan juga para Igigi akhirnya hidup dengan para manusia
dan menghasilkan keturunan2x yang disebut Para Avatar (Raja para
manusia).
Hal
ini membuat Enlil sangat murka, apa yang terjadi kemudian tidak begitu
jelas karena Batu tempat tulisan ini dipahatkan rusak (Batunya masih
bisa dilihat sebagian di Museum of London dan sebagian lagi di Museum
Berlin Timur). Sisanya hanya menceritakan bahwa akhirnya Enlil berencana
menengelamkan seluruh manusia dalam banjir besar karena kesal melihat
hal ini. Enki yang jg mengetahui hal ini diminta untuk bersumpah tidak
akan membocorkan rahasia ini.
Tetapi
Enki yang menciptakan manusia mengetahui potensi dari manusia2x ini dan
kemudian dengan caranya dia memberitahukan perihal banjir besar ini
pada Atrahasis/Utnaspistim/Ziusudra (Tergantung mau pake bahasa apa
Akkadian, Babilonian,sumerian) yang diperintahkan membuat perahu besar
dan memasukan sebanyak mungkin hewan2x secara berpasangan.
Akhirnya
hujan besar dan banjir tiba, selama 7 masa banjir menengelamkan bumi.
Untuk mengecek apakah banjir sudah surut pertama mereka menurunkan
seekor angsa, lalu kemudian seekor gagak dan terakhir seekor merpati
yang kembali membawa daun pohon zaitun. Setelah yakin bahwa banjir sudah
selesai, mereka kemudian menurunkan hewan2x itu dan kemudian dia
membuat Mezbah dan memohon ampunan pada Enlil dan para dewa lainnya.
Utu
(Dewa Matahari) yang pertama melihat hal ini segera melaporkan kepada
Enlil bahwa ada seorang manusia yang selamat. Enlil sangat marah dan
mengetahui bahwa Enki telah melanggar sumpahnya untuk tidak
memberitahukan manusia.
Tetapi
setelah mendengar pendapat dari Council of Anu yg berkata bahwa jika
manusia semua musnah dan tidak ada lagi yang mengerjakan tugas "menuai"
dunia ini maka nanti para Dewa akan berperang lagi dan itu akan sangat
"Costly". Pohon kehidupan telah rusak dan butuh waktu untuk
memperbaikinya dan oleh sebab itu tidak dapat lagi menciptakan manusia
jika manusia semua musnah. Dan juga Enki berargumen bahwa
Akhirnya
Enlil mengerti dan karena dia melihat bahwa Manusia yang satu ini
sungguh2x mau tunduk pada kehendaknya maka dia memberikan air kehidupan
yang membuatnya hidup abadi dan diterima di Dilmun (The City Of Heavenly
Gods).
Enlil
ingin menghukum Enki akibat tindakannya tetapi Enki berhasil untuk
membuat Enlil mengerti bahwa tidak adil untuk menghukum seluruh manusia
atas tindakan beberapa orang diantara mereka. Enki berhasil membuat
kesepakatan dengan Enlil dan dia berjanji tidak akan pernah lagi
menghukum manusia dengan banjir besar.
Enki
dan Enlil kemudian menaruh "peraturan" baru didalam "ME" (Tablet Of
Destiny, yang ngatur semua hukum alam semesta dan jg aturan2x lainnya)
yang gunanya menjaga keseimbangan populasi manusia (Dengan menempatkan
Wabah Penyakit, kelaparan, etc. Buat ngatur populasi manusia).
(Ini
mungkin sebannya kenapa The Black Death selalu muncul setiap 400 thn
sekali di Eropa tanpa alasan yang jelas dan hilang tanpa alasan yang
jelas pula.)
Dengan
ini keseimbangan baru terjadi, langit dan bumi kembali damai sampai
datangnya Marduk yg setelah mendapatkan kekuatan Enki dan mengalahkan
Enlil kemudian menjadi Raja para Dewa di dunia. Marduk jg merebut "Me"
tetapi akhirnya memberikan "Me" itu pada Council of Anu dengan janji
bahwa mereak tidak lagi mencampuri urusan kehidupan Manusia tetapi dia
jg berjanji bahwa manusia tetap akan memberikan kebutuhan para dewa dari
hasil yg dituai dibumi ini. Dengan demikian Marduk menjadi Penguasa
Bumi tunggal.
Untuk
menjadi Balance dari kekuasaan Marduk, Council of Anu memerintahkan
Hannean dan 12 avatar yang diberi jubah emas untuk mengawasi bumi.
Hannean ini konon dilahirkan kembali setiap 200/2000 thn sekali dan
bersamanya akan ada 12 orang yang menjadi pengikutnya, mereka akan
menjadi restorer of the balance. Council Of Anu kemudian pergi dan
berjanji akan datang kembali untuk mengambil hasil tuaian itu dan sampai
sekarang
Belomancy
Metode
ramalan kuno dengan cara melepaskan anak panah. Metode ramalan ini
dikenal dengan banyak bentuk. Masyarakat Babylonia dan Syria melekatkan
label berisi angka-angka pada anak panah tersebut yang kemudian
ditembakkan sejauh mungkin. Cara lainnya yakni dengan menembakkan anak
panah ke udara dan kemudian arah serta bentuk pendaratan dari anak panah
tersebut ditafsirkan. Metode lainnya dipergunakan oleh masyarakat
Yunani dan kemudian oleh masyarakat Arab adalah dengan menembakkan anak
panah ke sebuah batu lalu tanda-tanda yang dihasilkan dari tembakan anak
panah tersebut ditafsirkan. Sedangkan metode yang dipakai oleh
masyarakat Tibet adalah dengan menempatkan dua anak panah dengan ujung
lancip mengarah ke bawah di dalam sebuah wadah kemudian mereka akan
mengartikan pergerakkan yang terjadi didalamnya. Metode lain adalah
dengan melekatkan tulisan-tulisan berisi ramalan pada anak panah lalu
dipilih secara acak.
Taman Babylonia dan Persembahan Cinta
I have gazed on the walls of impregnable Babylon,
along which chariots may race,
and on the Zeus by the banks of Alphaeus.
I have seen the Hanging Gardens and the Colossos of Helios,
the great man-made mountains of the lofty pyramids,
and the gigantic tomb of Maussollos.
(Antipator of Sidon-penyair besar Yunani, tahun 2 SM)
Seperti
apa taman bergantung Babylonia?Bayangkan sebuah dataran tinggi
bertingkat-tingkat setinggi seratus meter. Masing-masing tingkat
ditumbuhi ratusan pohon palam, anggur, sycamore, zaitun, apel, akasia,
almond, peach dan lili air. Ketika angin bertiup, wangi anggur, zaitun
dan peach menelusup ke penciuman, menerbitkan selera. Manis rasa buah
dibawa angin sampai ke lidah. Seperti yang dilukiskan puisi tradisional
Babylonia: ”seseorang bisa minum sari buah di taman ini, hanya dengan
membaui aroma pohonnya saja.”
Ketika angin berhembus, daun-daun
palem berguguran dibawa angin mengambang ke kolam-kolam lili air, dan ke
kota Babylon di bawahnya. Seluruh wilayah kota terbesar pertama di masa
kuno ini (penduduknya diperkirakan 200.000 jiwa) terlihat sangat jelas
dari puncak taman. Meski berada di dataran tinggi namun seluruh tanaman
disirami air setiap hari. Sistem pengairan taman ini sangat menakjubkan
(lihat Rahasia Air yang Memanjat). Tak salah kiranya jika Philon, filsuf
Yunani yang gemar berkelana mencatatnya sebagai satu dari tujuh
keajaiban kuno dunia. Taman ini sangat memikat hati.
Persembahan Cinta
Layaknya
Taj Mahal di India yang dibangun Shah Jahan untuk permaisuri
terkasihnya Mumtaz Mahal, taman bergantung Babylonia pun merupakan
sebuah persembahan cinta. Taman ini dibangun Nebukadnezar II yang
memerintah dari tahun 605-562 SM., diperuntukkan bagi Amytis, permaisuri
tercintanya yang berasal dari kerajaan Media. Kerajaan Media berlokasi
di pegunungan Persia (Iran). Amytis besar diantara hijaunya pegunungan
serta sejuknya semilir angin. Kondisi kerajaannya berbanding terbalik
dengan Babylonia. Babylonia merupakan wilayah datar, kering dan panas.
Hal ini membuat Amytis selalu terkenang akan hijaunya hutan Media. Ia
rindu kembali ke kampung halamannya.
Untuk mengobati kerinduan
istrinya raja Nebukadnezar memerintahkan untuk membangun sebuah taman
rindang di dataran tinggi. Taman itu dibangun di timur sungai Efrat,
sekitar 50 km selatan Baghdad, Iraq. Menurut sejarawan Yunani Diodorus
Siculus, lebar taman ini 400 kaki, panjangnya 400 kaki dan tingginya
sekitar 80 kaki. Taman ini berdiri di atas ‘alas’ yang terbuat dari batu
bata yang ditutup aspal dan keramik. Berfungsi untuk mencegah masuknya
rembesan air ke tanah yang berkemungkinan besar akan mengkorosi fondasi
taman. Sejarawan lainnya, Herodotus mengungkapkan bahwa taman ini
terletak di dalam dinding istana yang berlapis emas yang panjangnya
mencapai 56 mil. Jalan taman ini sangat lebar hingga memungkinkan bagi
kereta yang ditarik empat ekor kuda untuk berputar balik. Di sini juga
berdiri kuil-kuil pemujaan yang berisi patung dewa dari emas. Taman ini
dibuat bertingkat, lebih tinggi dari bangunan lain di kota Babylon,
menimbulkan ilusi ‘tergantung di udara’. Kesan ini makin jelas bila
taman dilihat dari balik rumah-rumah penduduk. Semua tanaman akan
terlihat menggantung di atas atap perumahan. Inilah sebabnya kenapa
taman itu dinamakan taman bergantung.
Rahasia Air yang Memanjat
Salah
satu yang paling menakjubkan dari taman bergantung Babylonia adalah
sistem pengairannya. Para kontraktor taman ini berhasil mendisain suatu
sistem pengairan yang memungkinkan air sungai Efrat untuk ‘memanjat’
taman setinggi seratus meter itu. Mereka menggunakan semacam pompa
kincir raksasa. Dua buah kincir besar—satu diatas yang lain di bawah
dihubungkan dengan sebuah rantai. Rantai inilah yang memutar kedua
kincir tersebut untuk mengambil dan menuangkan air. Di sepanjang rantai
itu diikatkan ember-ember besar yang mengambil air dari sungai efrat,
dan menuangkannya ke kolam penampungan di puncak taman. Sistem ini
memungkinkan taman untuk menerima air terus menerus. Jadi, meskipun
Babylonia merupakan wilayah yang jarang didatangi hujan, tamannya tetap
menerima cukup pasokan air.
Antara Ada dan Tiada
Keberadaan
taman bergantung Babylonia telah memunculkan kontroversi di kalangan
para arkeolog. Keberadaan taman ini diragukan mengingat tak ada bukti
arkeologi yang mendukung keberadaannya di masa lalu. Manuskrip-manuskrip
cuneiform Babylonia yang ditemukan pun tak ada yang membahasnya,
padahal bangunan kuno lainnya seperti ziggurat dan kuil Marduk
diterangkan dengan jelas. Bukti yang sering dikemukakan arkeolog yang
meyakini keberadaan taman ini adalah kisah dari pasukan Alexander yang
Agung. Diceritakan, ketika pasukan Alexander tiba di dataran Mesopotamia
dan melihat kota Babylon mereka sangat takjub pada sebuah taman tinggi
yang dipenuhi pohon-pohon palem dan berbagai tanaman lain. Kisah
mengenai taman itu mereka ceritakan kembali ketika tiba di kampung
halaman. Kisah-kisah itulah yang ditulis menjadi puisi oleh banyak
penyair. Namun, sebagian arkeolog meragukan kisah ini. Sebab para
prajurit itu menceritakan taman, istana raja dan ziggurat secara
sekaligus sehingga berkemungkinan besar para sastrawan menggabungkan
semua bangunan ini dalam satu kisah. Memberi kesan seolah-olah telah
berdiri sebuah bangunan yang menakjubkan. Para sejarahwan yang
menceritakan taman itupun—seperti Berossus, Diodorus Siculus, Herodotus
dan Philon tak ada yang menyaksikannya secara langsung. Penggalian para
arkeolog di reruntuhan kota Babylon pun membuktikan bahwa dinding istana
kerajaan tidak sepanjang yang diungkapkan Herodotus. Kemungkinan besar
taman yang dimaksudkan adalah sebuah taman kerajaan yang merupakan satu
kesatuan dengan ziggurat dan istana. Meski demikian, para arkeolog
sampai sekarang tetap berusaha menemukan bukti arkeologis keberadaan
taman ini. Jika memang pernah ada mengapa taman sebesar itu sampai
musnah tak bersisa? Bencana semacam apa yang membuat bangunan ini rusak
luar biasa? Well, kita tunggu saja temuan arkeolog selanjutnya.
Ini Itu Taman Bergantung Babylonia
Taman
bergantung sebenarnya tidak sungguh-sungguh tergantung. Ada
misinterpretasi soal kata ‘bergantung.’ Orang Yunani menyebut taman ini
dengan ‘kremastos’ yang dilatinkan menjadi ‘pensilis’, dan dalam bahasa
Inggris disebut ‘overhanging’, artinya berada di balkon atau di teras.
Jadi yang dimaksud dengan taman bergantung adalah taman yang berada di
dataran tinggi seperti balkon atau teras.
Robert Koldewey
adalah arkeologis Jerman yang berhasil menemukan reruntuhan kota
Babylon. Ia mulai menggali lokasi situs tahun 1899. Koldewey menggali
selama 14 tahun dan berhasil menemukan dinding istana, menara Babel dan
fondasi istana Nebukadnezar. Menurut manuskrip hanya ada dua bangunan di
kota itu yang terbuat dari batu yakni dinding utara istana dan taman
bergantung. Koldewey berhasil menemukan 14 ruangan dari batu.
Diperkirakan diantaranya merupakan bagian dari taman bergantung.
Koldewey
juga menemukan lubang aneh di lantai, kemungkinan besar di tempat
itulah dulu berdiri pompa kincir raksasa taman bergantung.
Lokasi
reruntuhan yang ditemukan Koldewey berada jauh dari sungai Efrat. Jadi
arkeolog lain masih meragukan kalau reruntuhan itu berasal dari taman
bergantung. Sebab menurut sejarahnya taman itu terletak dekat sungai
Efrat.
No comments:
Post a Comment