Friday, November 23, 2012

BABYLONIA

Ahli astronomi bangsa Babylonia telah lama dikenal unggul di dunia peradaban kuno. Beberapa ribu tahun sebelum Copernicus, mereka telah menyadari bahwa bumi dan planet-planet lain berbentuk bulat dan bahwa mereka berputar mengelilingi matahari. Dengan pengetahuan ini mereka dapat secara akurat memprediksi gerhana matahari dan bulan. Banyak pelajar modern berasumsi bahwa bangsa Babylonia membangun ilmu astronomi mereka sendiri, untuk memenuhi kebutuhan akan perhitungan yang akurat dari ilmu astrologi mereka yang kompleks. Secara mengejutkan, hasil terjemahan teori bangsa Babylonia baru-baru ini mengindikasikan bahwa posisi dan pergerakan dari bintang dan planet dihitung berdasarkan persamaan yang kompleks dari peradaban Bangsa Sumeria. Bangsa babylonia nampaknya tidak memiliki pemahaman tentang teori dasar dari formula ini, hanya mengetahui bagaimana menggunakannya saja.
Bangsa Sumeria bahkan memiliki ilmu pengetahuan yang lebih tepat mengenai sistem solar dan posisinya di semesta daripada mewarisi Bangsa babylonia yang mendahului mereka. Penanggalan mereka direncanakan kurang lebih awal tahun 3000SM. Apakah model tersebut untuk penanggalan saat ini, dan mereka terbukti mengerti beberapa masalah astronomi yang lebih rahasia.
Misalnya tentang rotasi bumi, perputarannya bergoyang tidak selalu tepat pada porosnya, hal ini menyebabkan pergeseran secara perlahan-lahan -1 derajat setiap 72 tahun- mempengaruhi arah sumbu utara bumi. Fenomena ini dinamakan perputaran gasing. Great Year- atau waktu yang dibutuhkan sumbu utara-selatan bumi sampai ke tempatnya semula - adalah 25.921 tahun, dihitung dengan mengalikan waktu 72 tahun yang dilewati untuk bergeser di masing-masing derajat dengan 360 derajat pada perputaran penuh. Bangsa Sumeria mengerti tentang perputaran gasing ini dan mengetahui seberapa panjang Great Year – pekerjaan yang luar biasa, telah memberikan pengamatan sangat panjang yang rumit dan peralatan yang memadai.
Bangsa Sumeria juga mampu mengukur jarak antar bintang dengan sangat tepat. Namun bagaimana mungkin manusia pra teknologi mempelajari batas-batas bumi, dan bahkan lebih misterius, mengapa? Seperti juga peta bintang-bintang yang jelas-jelas sesuatu hal yang dibutuhkan bagi penjelajah luar angkasa, namun untuk apa bangsa Sumeria membuatnya?

Tradisi Babylonia Kuno yang Mewabah
tradisi merayakan pergantian tahun yang kini mewabah di seluruh dunia sebenarnya berawal dari orang-orang Babylonia kuno. Tradisi ini dimulai 2000 tahun sebelum Masehi, jadi sekitar 4.000 tahun lalu. Dalam sejarah modern, letak Babylonia itu adalah Irak. Jadi, tradisi manusia merayakan pergantian tahun berawal dari Irak.
Sebagaimana diutarakan Reuters, orang Babylonia kuno menandai pergantian tahun pada akhir panen musim semi dengan merayakan festival minuman keras dan makanan. Dalam perjalanan waktu, perayaan pergantian tahun terus berlangsung hingga kini. Antara lain dengan makan di restoran dan menyewa ruangan untuk berpesta semalam suntuk. Tentu saja kini penggunaan minuman keras dibatasi.

Diophantus (200 – 250)
Riwayat
Sekitar tahun 250 seorang matematikawan Yunani yang bermukim di Alexandria melontarkan problem matematika yang tertera di atas batu nisannya. Tidak ada catatan terperinci tentang kehidupan Diophantus, namun meninggalkan problem tersohor itu pada Palatine Anthology, yang ditulis setelah meninggalnya. Pada batu nisan Diophantus tersamar (dalam persamaan) umur Diophantus.
Seperenam kehidupan yang diberikan Tuhan kepadaku adalah masa muda. Setelah itu, seperduabelasnya, cambang dan berewokku mulai tumbuh. Ditambah sepertujuh masa hidupku untuk menikah, dan tahun kelima mempunyai anak. Sialnya, setengah waktu dari kehidupanku untuk mengurus anak. Empat tahun kegunakan bersedih.
Berapa umur Diophantus? *)
Dugaan tentang kehidupan Diophantus cukup misterius. Kita hanya dapat menduga lewat dua fakta yang menarik sebelum menarik kesimpulan. Pertama, dia mengutip tulisan Hypsicles yang diketahui hidup sekitar tahun 150 SM. Kedua, tulisan Diophantus dikutip oleh Theon dari Alexandria. Prakiraan hidup Theon, diacu dari gerhana matahari yang terjadi pada 16 Juni 364. Dengan dua fakta ini diperkirakan Diophantus hidup antara tahun 150 SM sampai tahun 364. Para peneliti, menyimpulkan bahwa diperkirakan Diophantus hidup sekitar tahun 250.
Karya Diophantus
Diophanus menulis Arithmetica, yang mana isinya merupakan pengembangan aljabar yang dilakukan dengan membuat beberapa persamaan. Persamaan-persamaan tersebut disebut persamaan Diophantin, digunakan pada matematika sampai sekarang.
Diophantus menulis lima belas namun hanya enam buku yang dapat dibaca, sisanya ikut terbakar pada penghancuran perpustakaan besar di Alexandria. Sisa karya Diophantus yang selamat sekaligus merupakan teks bangsa Yunani yang terakhir yang diterjemahkan. Buku terjemahan pertama kali dalam bahasa Latin diterbitkan pada tahun 1575. Prestasi Diophantus merupakan akhir kejayaan Yunani kuno.
[Pierre] Fermat mengetahui buku Diophantus lewat terjemahan Clause Bachet yang diterbitkan tahun 1621. Problem kedelapan pada buku kedua tentang cara membagi akar bilangan tertentu menjadi jumlah dua sisi panjang. Rumus Pythagoras sudah dikenal orang Babylonia 2000 tahun silam – memberi inspirasi bagi Fermat untuk menuliskan TTF /Theorema Terakhir Fermat (Fermat Last Theorem).
Susunan dalam Arithmetica tidak secara sistimatik operasi-operasi aljabar, fungsi-fungsi aljabar atau solusi terhadap persamaan-persamaan aljabar. Di dalamnya terdapat 150 problem, semua diberikan lewat contoh-contoh numerik yang spesifik, meskipun barangkali metode secara umum juga diberikan. Sebagai contoh, persamaan kuadrat mempunyai hasil dua akar bilangan positif dan tidak mengenal akar bilangan negatif. Diophantus menyelesaikan problem-problem menyangkut beberapa bilangan tidak diketahui dan dengan penuh keahlian menyajikan banyak bilangan-bilangan yang tidak diketahui.
Contoh: Diketahui bilangan dengan jumlah 20 dan jumlah kuadratnya 208; angka bukan diubah menjadi x dan y, tapi ditulis sebagai 10 + x dan 10 – x (dalam notasi modern). Selanjutnya, (10 + x)² + (10 - x)² = 208, diperoleh x = 2 dan bilangan yang tidak diketahui adalah 8 dan 12.
Diophantus dan Aljabar
Dalam Arithmetica, meski bukan merupakan buku teks aljabar akan tetapi didalamnya terdapat problem persamaan x² = 1 + 30y² dan x² = 1 + 26y², yang kemudian diubah menjadi “persamaan Pell” x² = 1 + py²; sekali lagi didapat jawaban tunggal, karena Diophantus adalah pemecah problem bukan menciptakan persamaan dan buku itu berisikan kumpulan problem dan aplikasi pada aljabar. Problem Diophantus untuk menemukan bilangan x, y, a dalam persamaan x² + y² = a² atau x³ + y³ = a³, kelak mendasari Fermat mencetuskan TTF (Theorema Terakhir Fermat). Prestasi ini membuat Diophantus seringkali disebut dengan ahli aljabar dari Babylonia dan karyanya disebut dengan aljabar Babylonia.
*) Misal umur x, sehingga x = 1/6x + 1/12x + 1/7x + 5 + ½x + 4 akan diperoleh x = 84, umur Diophantus.

Sumbangsih
Seringkali disebut dengan ”Bapak” aljabar Babylonia. Karya-karyanya tidak hanya mencakup tipe material tertentu yang membentuk dasar aljabar modern; bukan pula mirip dengan aljabar geometri yang dirintis oleh Euclid.
Diophantus mengembangkan konsep-konsep aljabar Babylonia dan merintis suatu bentuk persamaan sehingga bentuk persamaan seringkali disebut dengan persamaan Diophantine (Diophantine Equation) menunjuk bahwa Diophantus cukup memberi sumbangsih bagi perkembangan matematika.

Ibrahim & Babylonia (Islam version)
Ibrahim dilahirkan di Babylonia, bagian selatan Mesoptamia (sekarang Irak). Ayahnya bernama Azar, seorang ahli pembuat dan penjual patung.
Nabi Ibrahim AS dihadapkan pada suatu kaum yang rusak, yang dipimpin oleh Raja Namrud, seorang raja yang sangat ditakuti rakyatnya dan menganggap dirinya sebagai Tuhan.
Sejak kecil Nabi Ibrahim AS selalu tertarik memikirkan kejadian-kejadian alam. Ia menyimpulkan bahwa keajaiban-keajaiban tsb pastilah diatur oleh satu kekuatan yang Maha Kuasa.
Semakin beranjak dewasa, Ibrahim mulai berbaur dengan masyarakat luas. Salah satu bentuk ketimpangan yang dilihatnya adalah besarnya perhatian masyarakat terhadap patung-patung. Nabi Ibrahim AS yang telah berketetapan hati untuk menyembah Allah SWT dan menjauhi berhala, memohon kepada Allah SWT agar kepadanya diperlihatkan kemampuan-Nya menghidupkan makhluk yang telah mati. Tujuannya adalah untuk mempertebal iman dan keyakinannya.
Allah SWT memenuhi permintaannya. Atas petunjuk Allah SWT, empat ekor burung dibunuh dan tubuhnya dilumatkan serta disatukan. Kemudian tubuh burung-burung itu dibagi menjadi empat dan masing-masing bagian diletakkan di atas puncak bukit yang terpisah satu sama lain. Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim AS untuk memanggil burung-burung tsb. Atas kuasa-Nya, burung yang sudah mati dan tubuhnya tercampur itu kembali hidup. Hilanglah segenap keragu-raguan hati Ibrahim AS tentang kebesaran Allah SWT.
Ibrahim menghancurkan berhala kaum Babylonia
Orang pertama yang mendapat dakwah Nabi Ibrahim AS adalah Azar, ayahnya sendiri. Azar sangat marah mendengar pernyataan bahwa anaknya tidak mempercayai berhala yang disembahnya, bahkan mengajak untuk memasuki kepercayaan baru menyembah Allah SWT. Ibrahim pun diusir dari rumah.
Ibrahim merencanakan untuk membuktikan kepada kaumnya tentang kesalahan mereka menyembah berhala. Kesempatan itu diperolehnya ketika penduduk Babylonia merayakan suatu hari besar dengan tinggal di luar kota selama berhari-hari. Ibrahim lalu memasuki tempat peribadatan kaumnya dan merusak semua berhala yang ada, kecuali sebuah patung yang besar. Oleh Ibrahim, di leher patung itu dikalungkan sebuah kapak.
Mukjizat Allah: Api menjadi dingin
Akibat perbuatannya ini, Ibrahim ditangkap dan diadili. Namun ia menyatakan bahwa patung yang berkalung kapak itulah yang menghancurkan berhala-berhala mereka dan menyarankan para hakim untuk bertanya kepadanya. Tentu saja para hakim mengatakan bahwa berhala tidak mungkin dapat ditanyai. Saat itulah Nabi Ibrahim AS mengemukakan pemikirannya yang berisi dakwah menyembah Allah SWT.
Hakim memutuskan Ibrahim harus dibakar hidup-hidup sebagai hukumannya. Saat itulah mukjizat dari Allah SWT turun. Atas perintah Allah, api menjadi dingin dan Ibrahim pun selamat. Sejumlah orang yang menyaksikan kejadian ini mulai tertarik pada dakwah Ibrahim AS, namun mereka merasa takut pada penguasa.
Langkah dakwah Nabi Ibrahim AS benar-benar dibatasi oleh Raja Namrud dan kaki tangannya. Karena melihat kesempatan berdakwah yang sangat sempit, Ibrahim AS meninggalkan tanah airnya menuju Harran, suatu daerah di Palestina. Di sini ia menemukan penduduk yang menyembah binatang. Penduduk di wilayah ini menolak dakwah Nabi Ibrahim AS. Ibrahim AS yang saat itu telah menikah dengan Siti Sarah kemudian berhijrah ke Mesir. Di tempat ini Nabi Ibrahim AS berniaga, bertani, dan beternak. Kemajuan usahanya membuat iri penduduk Mesir sehingga ia pun kembali ke Palestina.
(pic : Babylonia Map)



The Real Tower of Babel
Dikisahkan dalam Alkitab,
(Genesis 11:4) Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluru bumi.
Sampai saat ini Menara Babel merupakan misteri yang belum berhasil diungkap oleh para ahli sejarah. Namun ada berbagai macam legenda rakyat dari peradaban kuno yang menceritakan menara Babel ini.
Cina
Dulu dikala Naga dan manusia hidup (Legend said so) bersama, Para naga yg sangat bijaksana ini membangun sebuah Pilar yang dapat mencapai langit sehingga manusia dapat pergi ke istana kahyangan, tp hal ini telah membuat para dewa marah dan akhirnya pilar2 ini dihancurkan dan dibuang ke 4 penjuru lautan. Para naga kemudian dihukum dan manusianya dikacaukan bahasanya.
India
Cerita lainnya mengenai Pilar brahma di daerah India. Cerita ini juga mirip, intinya dipuncak pegungunan himalaya manusia membangun sebuah bangunan untuk dapat pergi ke "Vishnu Flying Temple." Tp Siwa yang mengetahui hal ini marah dan menghancurkan menara itu.
Suku Indian
Ada juga istana Xelhua milik kebudayaan Mixtec dan Olmec. Ceritanya mengenai Raksasa batu yang membuat Piramid ke Surga tetapi kemudian dihancurkan dan manusia2xnya diterbangkan oleh angin kesegala arah sehingga mereka tidak dapat bersatu.
Kemiripan cerita dari beberapa peradaban kuno ini mirip dengan berbagai versi cerita banjir besar. Sedangkan mereka terpisah ribuan tahun dan terisolasi satu dengan lainnya. Jadi bagaimana mungkin sebuah cerita ada kemiripan di berbagai peradaban yang tidak saling kenal satu dengan lainnya.
Letak dan Bentuk Menara Babel
Banyak ahli yang membuat kesimpulan bahwa menara Babel merupakan salah satu zigurat yang didirikan oleh bangsa Babylonia kuno. Tapi Babel bukan Babylonia, dan Menara Babel bukan merupakan zigurat. Bahkan mungkin Menara Babel bukan merupakan sebuah menara.
Dalam terjemahan Alkitab, bangunan yang akan didirikan memang disebutkan sebuah menara yang menjulang ke langit. Tapi dalam terjemahan asli Alkitab versi bahasa Ibrani dan mitos dari berbagai peradaban kuno, bangunan tsb bukan menara tinggi melainkan "tempat dimana terdapat pilar yang menghubungkan dengan langit".
Sebenarnya jika dipikirkan dengan logika, sangat lucu kalau manusia hendak membangun bangunan yang menjulang ke langit tapi di atas sebuah dataran 'Shinar'. Jika ingin membangun menara yang sampai ke langit, bukankah lebih gampang jika didirikan diatas sebuah gunung yang tinggi? Setidaknya jika mendirikan fondasi di atas gunung, setidaknya sudah setengah selesai.
Dalam kutipan Alkitab diatas, benda yang disebut sebagai menara Babel adalah sebuah benda yang bersifat monumental. Karena para pendiri ingin dikenang sepanjang masa. Struktur ini harus bisa melewati berbagai bencana global, seperti banjir besar ketika zaman Nuh.
Menurut timeline sejarah di Alkitab, kota Babel telah lama ada sebelum zaman kerajaan Babylonia. Jadi bisa dipastikan Menara Babel tidak ada hubungan dengan Taman Gantung atau zigurat-zigurat yang didirikan untuk memuja Dewa Marduk.
Dalam Alkitab juga tidak disebutkan bahwa Menara Babel dihancurkan. Melainkan penduduk Babel meninggalkan kota itu dan kemudian terpencar ke seluruh dunia.
Jadi untuk sementara sudah ada 3 petunjuk penting :
- Menara Babel bukan didirikan di Babylonia
- Menara Babel belum tentu berupa menara
- Menara Babel tidak dihancurkan, melainkan ditinggalkan
Kota Teotihuacan
Dari 3 petunjuk penting mengenai ciri menara Babel, dan mengabaikan kesepakatan para arkeologis bahwa 'Land of Shinar' terletak di mesopotamia, maka yang langsung terpikir oleh saya kota Babel yang sebenarnya adalah Teotihuacan di Amerika Tengah.
Kata Babel sendiri bisa berarti Gerbang/kota Dewa. Nama Teotihuacan diambil dari bahasa Suku Aztec, artinya Kota Kelahiran Para Dewa. Di balik nama itu, tertera makna , bahwa penciptaan dunia dimulai dari tempat ini. Tak ada orang atau catatan yang pasti, siapa pembangun kota ini, dan untuk apa Teotihuacan dibangun. Padahal, Teotihuacan merupakan kota sangat makmur, tapi entah kenapa tiba-tiba ditinggalkan penghuninya. Kenapa mereka meninggalkan Teotihuacan, si kota megah begitu saja?
Bangsa Aztec yang menemukan kota ini bahkan tidak pernah tahu siapa yang membangun kota besar ini dan mengapa mereka meninggalkannya. Dan hingga hari ini masih menjadi teka-teki membingungkan. Sesuatu hal yang mengerikan pastilah pernah terjadi di sini, hingga seluruh penduduknya lenyap tak berbekas sehingga mengubah kota besar tersebut menjadi sebuah kota hantu tak berpenghuni.
Tapi menurut catatan bangsa Maya, kota Teotihuacan ditinggalkan sekitar abad 7 masehi. Berarti jauh hari setelah zaman kerajaan Babylonia. Dan ini tidak cocok dengan deskripsi kota Babel yang seharusnya dibangun sebelum era kerajaan Babylonia.

Stonehenge
Situs purbakala lainnya yang terpikirkan adalah Stonehenge.






Situs ini cocok dengan ciri-ciri :
- ditinggalkan oleh pembuat
- dibangun sebelum masa Babylonia berkuasa
- terdiri dari pilar yang bertujuan menghubungkan langit (diprediksi stonehenge digunakan untuk keperluan astronomi)
Stonehenge merupakan sebuah monumen batu peninggalan masyarakat purba pada zaman Megalitikum yang terletak di Salisbury Plain, Propinsi Wilshire, Inggris. Stonehenge sendiri terdiri dari tiga puluh batu tegak (sarsens) dengan ukuran yang sangat besar (masing-masing batu pada mulanya seragam tingginya, yaitu 10 meter dengan masing-masing batu mempunyai berat 26 ton), semua batu tegak tsb disusun dengan bentuk tegak melingkar. Didalam 30 lingkaran batu besar tadi, juga masih terdapat sekitar 30 batu dengan ukuran yang lebih kecil yang dinamakan Lintels, yang disusun dengan bentuk melingkar juga. Tapi sayang, pada saat ini kebanyakan batu-batu tegak tadi telah terkikis dan jatuh.
Kini, batu-batu terkenal itu banyak dikunjungi oleh jutaan orang ditiap tahunnya. Dan hingga saat ini belum ada kepastian apa sebenarnya kegunaan Stonehenge pada masa lalu? apakah Kuil? Ramalan Cuaca? Pekuburan? atau suatu alat untuk menentukan musim? atau mungkin ada sangkut pautnya dengan pengukuran periode gerhana matahari dan bulan? yups, semuanya masih menjadi misteri yang belum terpecahkan hingga saat ini.
Mahenjo-Daro dan Harappa
Kemungkinan lain dari kota Babel adalah peradaban kuno di Lembah Indus. Pemikiran ini muncul dari kutipan berikut :
(Genesis 11:2) Maka berangkatlah mereka ke sebelah timur dan menjumpai tanah datar di tanah Sinear, lalu menetaplah mereka di sana.
Peradaban di lembah Indus ini juga cocok dengan deskripsi "kota yang ditinggalkan.

(pic : Suasana kota Indus)
Pada 1922, arkeolog menemukan situs kota kuno yang dinamakan Kota Harappa. Kemudian pada sekitar 400 mil di sebelah tenggaranya juga ditemukan kota kuno lainnya, Mohenjo-Daro. Berdasarkan hasil penelitian mereka, diperkirakan bahwa peradaban kota-kota tersebut sudah berusia ribuan tahun SM. Situs kota-kota kuno ini terletak di Distrik Larkana, Sidth (Pakistan) dan dikenal sebagai situs Peradaban Lembah Indus. Belakangan ditemukan lebih banyak lagi bekas kota di area situs tersebut hingga keseluruhannya mencapai hampir 1.400 bekas kota. Dengan komunitas penduduk pada masing-masing kota berkisar 35.000 orang maka daerah ini dahulunya merupakan peradaban suatu komunitas yang ramai.
Walaupun muncul ribuan tahun sebelum masehi, namun dari bukti-bukti yang berhasil dikumpulkan oleh para ahli, menunjukkan bahwa pada masa itu, penduduknya telah memiliki tingkat peradaban yang sangat tinggi. Antara lain ditunjukkan dengan kemampuannya dalam hal perencanaan tata ruang kota dengan struktur jalanan yang lurus dan rapi, rumah tempat tinggal berbahan bangunan batu merah yang bahkan telah dilengkapi bak mandi pribadi hingga anak-anak yang telah bermain dengan berbagai jenis mainan (kereta-keretaan kecil, peluit berbentuk burung, dll) serta para perempuannya yang sudah mengenal pemoles bibir (gincu), mengenakan perhiasan berukiran indah (berarti juga sudah mengenal teknik pengolahan logam) dan baju berwarna-warni. Untuk fasilitas umum, juga terdapat kolam renang dengan fasilitas yang cukup lengkap di Kota Mohenjo-Daro. Mereka juga memiliki tempat penampungan air bersih (reservoir) raksasa, dengan saluran-saluran yang terhubung ke tiap-tiap rumah penduduknya. Terdapat beberapa bukti tanda-tanda pemusnahan peradabannya adalah dari suatu sebab yang mirip dengan efek bom atom. Jalan-jalan dipenuhi serpihan seperti kaca hitam yang mencair karena panas yang sangat tinggi. Pada beberapa sisa kerangka yang ditemukan, ada dalam berbagai posisi seperti sedang berpegangan tangan, tampaknya terlanda malapetaka dahsyat yang muncul tiba-tiba.

Peruvian Star Gate
Banyak legenda kuno yang jika ditafsirkan dengan logika sekarang, maka Dewa/Tuhan yang disembah masyarakat kuno adalah tamu dari luar angkasa (Alien). Oleh karena itu kata Babel yang berarti "Gate of God" bisa saja berupa sebuah portal untuk menuju galaxy lain.
Struktur batu yang mirip dengan pintu gerbang raksasa ini ditemukan di gunung Hayu Marca, sebelah selatan Peru. Yang cukup ganjil dari struktur batu ini adalah ukuran tinggi dan lebar yang hampir sama persis 7x7 meter. Walaupun tidak ada kota disekitar "Gate of God" ini, namun struktur batu sekitarnya menunjukkan seperti bekas bangunan. Ciri ini cocok dengan kriteria kota yang ditinggalkan dan tidak jadi dibangun. Ada kemungkinan kota Babel yang akan dibangun terletak di kaki gunung tersebut, dan letak menaranya adalah di gunung dan sebuah gerbang untuk menuju ke dunia Dewa (surga).
Menurut pengalaman pribadi beberapa orang yang menyentuh dinding batu yang mirip gerbang tsb, ada suatu sensasi seperti energi yang mengalir. Beberapa orang mengaku mengalami sensasi seperti sedang terbang menjelajah luar angkasa, melihat pilar-pilar api, bahkan mendenarkan alunan musik yang tidak lazim dimainkan di Bumi. Bahkan ada yang mengaku seolah-olah masuk kedalam terowongan dibalik batu tersebut, padahal menurut para ahli, tidak ada ruang kosong dibalik gerbang batu tersebut.
Ada kemungkinan memang situs ini adalah kota Babel yang ditinggalkan. Masyarakat yang membangun situs ini ingin mengunjungi dunia Dewa melalui gerbang tersebut. Karena Dewa tidak mengijinkan maka dengan semacam alat yang mirip pengacau signal telekomunikasi, bahasa manusia dikacaukan dan mereka menjadi tidak saling mengerti satu dengan lainnya. Akhirnya gerbang tersebut tidak selesai dibangun dan situs tersebut ditinggalkan oleh para penghuninya.
Berkaitan dengan peradaban prasejarah dan sifatnya yang berkala, pendiri Falun Gong/Fulun Dafa ,Mr. Li Hongzhi dalam bukunya (Zhuan Falun) menyebutkan :
"Di luar negeri, banyak ilmuwan pemberani secara terbuka telah mengakui itu adalah suatu kebudayaan prasejarah, peradaban sebelum peradaban manusia yang ada sekarang ini, yakni sebelum adanya peradaban sekarang ini masih ada periode peradaban, bahkan tidak hanya satu kali saja.
Berdasarkan pengamatan benda budaya yang tergali, ternyata itu bukanlah produk dari satu masa peradaban saja. Oleh karena itu dipercaya, dari sekian banyak kali peradaban manusia setelah mengalami pukulan yang memusnahkan, hanya menyisakan sedikit orang yang masih bertahan hidup dan menempuh kehidupan primitif, kemudian berangsur-angsur berkembang menjadi sejenis manusia baru lagi,demikianlah mereka mengalami perubahan melalui periode demi periode.
Oleh ilmuwan fisika dikatakan bahwa gerakan materi mengikuti hukum tertentu, perubahan segenap alam semesta kita juga mengikuti hukum tertentu."
Dari uraian diatas telah menyingkap pokok masalah penting sejarah manusia dan telah memecahkan rahasia serta berbagai macam prasangka yang membingungkan para ahli sejarah selama lebih dari setengah abad. Oleh karena itu kemungkinan lokasi dan bentuk sebenarnya dari Menara Babel bisa berbagai macam kemungkinan.

Gilgamesh
Sumeria kuno dikatakan merupakan salah satu peradaban yang memiliki kekayaan besar dalam kultur kebudayaan mereka. Salah satu yang menarik dari peninggalan bangsa ini ialah epik kepahlawanan Gilgamesh. Di dalam epik tersebut, dikisahkan mengenai sesosok manusia luar biasa yang dianggap setengah dewa, ia memiliki berbagai macam "tongkrongan" super dan dapat terbang keruang angkasa. Terlalu umum? iya, ini cerita yang sudah terlalu umum pada mitologi bangsa di dunia. Namun, ada beberapa hal yang membuat predikatnya menjadi tidak umum apabila ini hanya sebatas merupakan imajinatif. Didalam epik Gilgamesh, keadaan ruang angkasa digambarkan dengan begitu detailnya, mengenai bagaimana keadaan di ruang hampa udara tersebut, gravitasi-nya dan bentuk-bentuk gambaran benda-benda diruang angkasa termasuk bumi. Semuanya bahkan digambarkan sangat tepat. Darimanakah si pengarang cerita dapat mengetahui gambaran sebegitu detail mengenai hal itu semua? Mungkinkah ada seseorang yang pernah terbang mengarungi ruang angkasa dimasa silam, kemudian ia mengisahkannya ke bangsa Sumeria? Menarik memang apabila penjelajah ruang angkasa ini adalah yang mereka sebut sebagai Gilgamesh, si manusia setengah dewa itu.

Tripel Pythagoras
(sumber : Hendra Gunawan, dosen Matematika ITB).
TRIPEL Pythagoras adalah tripel bilangan bulat positif a, b, dan c yang memenuhi persamaan a2 + b2 = c2. Contoh tripel Pythagoras yang paling sederhana adalah 3, 4, dan 5, atau 5, 12, dan 13, sebagaimana sering dibahas di SLTP.Pythagoras adalah seorang filsuf dan matematikawan Yunani kuno yang lahir sekitar tahun 580 SM. Nama tripel Pythagoras diberikan karena Pythagoras, atau setidaknya para muridnya, diyakini sebagai orang yang pertama kali membuktikan bahwa persamaan a2 + b2 = c2 sesungguhnya berlaku secara umum pada sembarang segitiga siku-siku dengan sisi-sisi tegak a dan b dan sisi miring c (di sini a, b, dan c tidak harus merupakan bilangan bulat, tetapi sembarang bilangan real positif). Dalil ini pun kemudian dikenal sebagai Dalil Pythagoras.

Namun, sesungguhnya, tripel Pythagoras sudah dikenal oleh orang Babylonia sejak tahun 1600 SM. Pengetahuan tentang tripel Pythagoras diperlukan, misalnya, dalam tukar-menukar (barter) tanah pada zaman itu. Seseorang yang mempunyai sebidang tanah berukuran 50 x 50 meter persegi, misalnya, dapat menukarnya dengan dua bidang tanah berukuran 30 x 30 dan 40 x 40 meter persegi.

Pada zaman itu, orang Babylonia bahkan sudah tahu pula bagaimana menemukan tripel Pythagoras. Sebagai contoh, mereka tahu bahwa jika m ganjil, maka m, 1/2 (m2 - 1), dan 1/2 (m2 + 1) merupakan tripel Pythagoras; dan jika m genap, maka 2m, m2 - 1, dan m2 + 1 merupakan tripel Pythagoras.
Nah, menelusuri cara berpikir orang zaman dulu, tulisan ini akan membahas secara detail bagaimana menemukan tripel Pythagoras tersebut.
Pertama catat bahwa jika a, b, dan c merupakan tripel Pythagoras dan k sembarang bilangan bulat positif, maka ka, kb, dan kc juga merupakan tripel Pythagoras, karena (ka)2 + (kb)2 = k2 (a2 + b2) = k2c2 = (kc)2. Oleh karena itu, kita cukup mencari tripel Pythagoras dasar, yakni tripel bilangan bulat positif a, b, dan c, yang tidak mempunyai faktor sekutu selain 1 dan memenuhi persamaan a2 + b2 = c2. Sebagai contoh, 3, 4, dan 5 merupakan tripel Pythagoras dasar, sedangkan 6, 8, dan 10 bukan (karena tripel terakhir ini mempunyai faktor sekutu selain 1, yakni 2).
Untuk selanjutnya, asumsikan a, b, dan c merupakan tripel Pythagoras dasar. Kita sekarang akan mempelajari karakteristik atau sifat-sifat ketiga bilangan tersebut.
Sifat 1: a dan b tidak mungkin kedua-duanya genap.
Bukti: Jika a dan b genap, maka c juga akan genap. Dalam hal ini, a, b, dan c mempunyai faktor sekutu 2. Ini bertentangan dengan asumsi bahwa a, b, dan c tidak mempunyai faktor sekutu selain 1. (QED).

Sifat 2: a dan b tidak mungkin kedua-duanya ganjil.
Bukti: Jika a = 2m + 1 dan b = 2n + 1, maka a2 + b2 = 4(m2 + m + n2 + n) + 2, sehingga sisa hasil bagi a2 + b2 dengan 4 adalah 2. Sementara itu, sisa hasil bagi c2 dengan 4 adalah 0 atau 1. Jadi tidak mungkin a2 + b2 = c2. (QED). Berdasarkan kedua pengamatan di atas, salah satu di antara a dan b mestilah genap dan yang lainnya mestilah ganjil. Dengan demikian, kita peroleh sifat berikut.

Sifat 3: c ganjil.
Bukti: Jika a genap dan b ganjil, maka a2 genap dan b2 ganjil. Karena itu c2 ganjil, dan sebagai akibatnya c juga ganjil. Demikian pula jika a ganjil dan b genap, maka c ganjil. (QED).
Untuk selanjutnya, asumsikan a genap, b ganjil, dan c ganjil. Dalam hal ini kita peroleh sifat berikut.

Sifat 4:
a = 2mn, b = m2 - n2, dan c = m2 + n2, dengan m > n dan m dan n tidak mempunyai faktor sekutu selain 1.
Bukti: Tulis a2 = c2 - b2 = (c - b)(c + b). Berdasarkan asumsi di atas, kita tahu bahwa c - b dan c + b genap. Selanjutnya tinjau 1/2 (c - b) dan 1/2 (c + b). Akan kita tunjukkan bahwa faktor sekutu terbesar dari kedua bilangan ini adalah 1.
Untuk itu, andaikan 1/2 (c - b) dan 1/2 (c + b) mempunyai faktor sekutu k > 1. Dalam hal ini terdapat p dan q sedemikian sehingga c - b = 2kq dan c + b = 2kp. Dari sini kita peroleh c = k(p + q) dan b = k (p - q). Sementara itu, a2 = 4k2pq. Dengan demikian pq mestilah merupakan kuadrat sempurna, katakan pq = r2. Akibatnya, a = 2kr, dan karena itu a, b, dan c mempunyai faktor sekutu k > 1. Ini bertentangan dengan asumsi bahwa a, b, dan c tidak mempunyai faktor sekutu selain 1. Dengan demikian 1/2 (c - b) dan 1/2 (c + b) tidak mungkin mempunyai faktor sekutu selain 1.
Sekarang misalkan a = 2r (ingat: a genap). Maka, r2 = 1/2 (c - b) . 1/2 (c + b), sehingga mestilah 1/2 (c - b) dan 1/2 (c + b) merupakan kuadrat sempurna, katakan 1/2 (c - b) = n2 dan 1/2 (c + b) = m2, dengan m > n dan m dan n tidak mempunyai faktor sekutu selain 1. Dari sini kita peroleh c = m2 + n2, b = m2 - n2, dan a = 2mn. (QED)
Hasil terakhir mengatakan jika a, b, dan c merupakan tripel Pythagoras dasar, maka a, b, dan c mestilah memenuhi Sifat 4. Sebaliknya tidak berlaku: Jika a, b, dan c memenuhi Sifat 4, maka a, b, dan c hanya merupakan tripel Pythagoras, belum tentu merupakan tripel Pythagoras dasar. Sebagai contoh, untuk m = 3 dan n = 1, kita peroleh a = 6, b = 8, dan c = 10. Untuk memperoleh tripel Pythagoras dasar, kita harus membaginya dengan faktor sekutu terbesar.
Sifat 4 lebih dikenal sebagai Dalil Tripel Pythagoras. Berbeda dengan Dalil Pythagoras, dalil ini tidak berurusan dengan geometri (baca: segitiga siku-siku). Seperti kita lihat di atas, pembuktian dalil ini murni berdasarkan sifat-sifat bilangan bulat. Berdasarkan penemuan arkeologi, sejarah mencatat bahwa-selain orang Babylonia-orang Mesir kuno pun sudah memiliki pengetahuan tentang bilangan dan geometri. Namun, orang Yunani kunolah yang mampu melihat kaitan yang erat di antara keduanya. Bahkan, dipelopori oleh Pythagoras, orang Yunani kuno pulalah yang memperkenalkan aksioma, postulat, dalil, teorema dan pembuktian, seperti yang kita kenal hingga sekarang ini dalam matematika.
Sedikit catatan tentang pembuktian. Salah satu cara pembuktian yang cukup sering dilakukan dalam matematika adalah pembuktian dengan kontradiksi, yang d kenal pula sebagai reductio ad absurdum. Cara ini digemari, misalnya, oleh Euclides sekitar tahun 300 SM. Prinsipnya sederhana saja: jika dengan menyangkal bahwa pernyataan P benar (yakni dengan mengandaikan bahwa P salah) ternyata muncul suatu kontradiksi, maka kita simpulkan bahwa P mestilah benar. Sebagai contoh, pembuktian Sifat 1 dan 2, serta sebagian dari Sifat 4, merupakan pembuktian dengan kontradiksi.

Nol, Pengisi Kekosongan yang Membingungkan.
(sumber :Yura Syahrul)
Kenapa bukan 1, atau 2, atau 3. Atau angla 7 yang dianggap keramat oleh sebagian kelompok agama dan budaya di dunia. Kenapa justru angka nol yang masih misterius hingga kini dan memusingkan kepala ahli matematika dunia. Orang pernah ribut soal kapan manusia memasuki Milenium Ketiga dengan resiko milenium bugnya. Gara-gara angka nol, ahli hitung bersilat lidah tenteng permulaan tahun Masehi.
Jika berpijak pada skala bilangan 0 sampai 9, milenium ketiga jatuh pada hari pertama tahun 2000. Tetapi bila skala bilangan dimulai dari 1 sampai 10, abad baru itu dibuka pada tanggal 1 Januari 2001. Angka 0 dianggap mempunyai nilai yang pasti sehingga 1+0=1. Tapi ada yang menganggap 0 identik dengan tak berhingga (~), karena memiliki nilai yang tidak pasti. Coba saja kalikan sebuah bilangan dengan nol. Mengapa hasilnya menjadi tidak ada alias nol? Komputer canggih sekalipun akan berasap jika menghitung sebuah bilangan dibagi nol.
Kebingungan itu berhulu dari apakah nol termasuk sebuahnperlambang angka atau bilangan yang turut serta dalam operasi perhitungan?(jawabnya turut serta dalam operasi perhitungan-MATKITA.com). Bila menilik sejarah tak ada yang tahu dengan pasti kapan simbol ketiadaan ini pertama kali muncul. Ratusan tahun yang lampau manusia hanya mengenal 9 lambang bilangan, yakni 1,2,3,4,5,6,7,8 dan 9. Kemudian datang sang pembuat kontrversi, angka 0.
Ada yang mengatakan nol memulai kisah sejarahnya dari Mesir. Lain pihak menyatakan angka ini pertama kali mucul lewat sejarah Babylonia, wilayah Irak sekarang, dan menyebar ke Jazirah Arab serta India. Pertama kali ia hanya dijadikan lambang pelengkap dari deretan bilangan: nol sebagai angka 0 dan sebagai tanda pengisi tempat kosong dalam sistem bilangan. Bedakan antara 2106 dan 216.
Semula angka masih berupa angan yang abstrak, yang konsepnya jauh dari konkrit. Orang menyebut gucangan mental ketika menemukan lima kuda menjadi 5 kuda begitu dibubuhkan diatas kertas. Bangsa Babylonia yang menorehkan itu pertama kali, selama lebih 1.000 tahun tak peduli dengan keambiguan nol. Orang-orang Kish, nama tempat di Selatan Irak sekarang, sekitar 700 tahun sebelum Masehi menggunakan tanda tiga pengait untuk mengisi tempat kosong diantara posisi angka. Di belahan dunia lain, bangsa Yunani kuno memakai penanda tempat kosong dalam deret bilangan. Dipelopori oleh Ptolemius, ahli algoritma, merasa memperkenalkan nol dengan bentuk 0 seperti sekarang ini pada 130 Masehi.
Meski baru menggunakan lambang 0 untuk menandai nol pada 876 Masehi, Aryabhata, matematikawan India, telah memasukkan nol dalam sistem perhitungan bukan sekedar tempat kosong. Lewat tiga serangkai Brahmagupta, Mahavira dan Bhaskara lahirlah operasi aritmatika yang mengikutsertakan nol. Mereka menghasilkan risalah yang merupakan karya hebat masa itu: nol ditambah dengan bilangan negatif hasilnya bilangan negatif dan bilangan positif ditambah nol hasilnya positif. Nol dikurangi bilangan negatif hasilnya positif, nol dikurangi positif hasilnya negatif dan nol ditambah nol hasilnya nol. Begitu pula hasil perkalian dan pembagian dengan nol, yang hasilnya sama dengan yang dikenal sekarang.
Kerja brilian matematikawan India ini berembus ka Barat, tepatnya Jazirah Arab. Dan ke Timur, tepatnya di Cina. Di Irak orang menyebut Ibnu Ezra yang hidup pada abad 12 Masehi, di Cina Chu Shih Chieh yang hidup pada abad 13 dan Fibonacci pada abad ke 12 di Italia, yang memperkenalkan dan mengembangkan penggunaan nol sebagai tanda dan perhitungan. Patut dicatat sumbangan suku maya yang mendiami selatan Meksiko pada 665 Masehi yang mengawali angka nol lewat satuan nilai berbasis 20. Pada 1600 penggunaan nol telah meluas di dunia.
Hingga kini nol masih berselaput misteri. Nol berguna untuk membedakan 5,50,500. Nol nyata sebagai angka, tapi perdebatan tak jua usai saat 5 dibagi 0. Ajukan pertanyaan ini dan anda menemukan kernyitan dahi.


Emerald Tablet
Jauh sebelumnya, 3.000 tahun sebelum masehi, telah dibuat suatu prasasti dengan batu Emerald dinamai Emerald Tablet, saat kerajaan Babylonia sedang terbentuk, yang diterjemahan oleh Newton ke dalam bahasa latin, berbunyi:
(Quod est inferius est sicut quod est superius,
et quod est superius est sicut quod est inferius
As above, so below. As within, so without!
Sebagaimana atas, sedemikian juga di bawah. Sebagaimana di dalam, sedemikian juga di luar!)
Emerald Tablet ini dinyatakan ditulis oleh Hermes Trismegistus (nama julukan saja), dan dijadikan pegangan oleh para pemuka masyarakat yang pertama. Dalam sejarah ilmu pengetahuan, dahulu dikenal nama Alchemy (Arabic: Al-Kimia), ahli pengetahuan kimia yang juga berprofesi seperti filosofer dan rohaniwan. Alchemy menyelidiki tentang kondisi alam dan lingkungan baik yang berhubungan dengan kimia, metalurgi, fisika, pengobatan, astrologi, mistik, spiritual, dan semua seni budaya tentang adanya kekuatan yang lebih besar dari manusia. Jadi sejak jaman dulu manusia sudah percaya adanya suatu kekuasaan yang lebih besar, tapi mungkin belum disebut sebagai Tuhan.


The Legend of Anunaki
Legenda Anunaki ini dibagi dalam 2 bagian, yg satu ada didalam Legenda Sumeria dan yang lainnya didalam Legenda Babylonia, Walaupun mereka berdua berasal dari kebudayaan Mesopotamia tetapi Gap waktu diantara 2 kerajaan besar ini jauh sekali, hampir 2000 thn.
Anunaki itu artinya Langit dan Bumi. Mereka ini adalah kelompok para Dewa pelindung bumi. 300 di Langit dan 300 di bumi.
Cerita mengenai Anunaki digolongkan sebagai sebuah mitologi dan tampaknya mempengaruhi kebudayaan2x lain yang berkembang selanjutnya di daerah Mesopotamia dan Ionia (Yunani).
Mereka terlahir dari Anu dan Ki, The Heaven and The Earth.
Pemimpin mereka adalah sekelompok "Dewa" yang berasal dari langit yang disebut Council of Anu (Anuna), mereka memerintah dari Dilmun (The City Of Gods setara Olympus dalam mitologi Yunani). Dan kemudian mereka memerintahkan para Igigi untuk "menuai" hasil di bumi ini (Menambang Emas).
Singkat cerita terjadi keributan diantara para Igigi ini mengenai tugas dan pekerjaan mereka dan jg terjadi perebutan kekuasaan antara Enlil dan Enki. Kingu dan Tiamat memimpin para Igigi untuk memberontak tetapi berhasil dikalahkan oleh Marduk anak dari Enki.
1/3 dari para Igigi telah musnah dalam perang ini dan akibatnya sekarang tidak ada lagi yang melakukan pekerjaan mereka. Council of Anu kemudian meminta saran Enki yang akhirnya membuat "mahluk" dari Tanah liat yg dicampur dgn darah dari Kingu dan jadilah mereka disebut Manusia.
Mereka mengerjakan tugas2x untuk membuat hidup para Dewa menjadi nyaman. Tetapi kemudian mereka sering sekali memohon dan meminta dan jg membuat keributan.
Pada awalnya manusia tidak dapat bereproduksi, mereka diciptakan sesuai kebutuhan. Enki mempercayakan pengerajaan pembuatan manusia kepada seorang Dewi bernama Mami.
Karena kebutuhan para Dewa yang terus menerus meningkat maka mami menciptakan banyak sekali manusia. Manusia ini karena tidak memiliki kekuatan apa2x selalu hanya bisa meminta dan meminta kepada para Dewa dan ini mengesalkan Enlil, Raja para Dewa di Eridu. Dia lalu menurunkan wabah penyakit. Dan punahlah manusia versi ke 2.
Kemudian para Igigi diperintahkan untuk mengerjakan tugas2x manusia kembali, setelah 40 hari para Igigi tidak mau melakukan pekerjaan kasar ini dan kemudian perang terjadi lagi. Perang kali ini memperebutkan Pohon kehidupan dimana manusia "dibuat". Akibatnya Pohon kehidupan ini rusak. Para Igigi ingin merebut Pohon kehidupan karena dengan ini mereka dapat membuat manusia sendiri dan tidak perlu lagi mengerjakan pekerjaan kasar yang diminta oleh para Dewa di Langit dan jg di Bumi.
(Dalam hal ini, para Dewa di bumi seperti seorang Mandor yang menjaga pekerjaan dan para Dewa dilangit seperti para Manager yang memberi High Level Instruction).
Enki lalu menciptakan Manusia baru generasi ke 3. Kali ini karena pohon kehidupan telah rusak maka dia menciptakan hal baru yaitu manusia sekarang dapat bereproduksi sendiri. Igigi diperintahkan untuk mengajari manusia2x ini untuk melakukan tugas yang seharusnya mereka lakukan.
Enlil berpesan bahwa manusia2x ini tidak boleh diajari rahasia para Dewa. Tetapi Enki mengajari para manusia ini bagaimana bercocok-tanam, membuat obat2xan, etc. Dan juga para Igigi akhirnya hidup dengan para manusia dan menghasilkan keturunan2x yang disebut Para Avatar (Raja para manusia).
Hal ini membuat Enlil sangat murka, apa yang terjadi kemudian tidak begitu jelas karena Batu tempat tulisan ini dipahatkan rusak (Batunya masih bisa dilihat sebagian di Museum of London dan sebagian lagi di Museum Berlin Timur). Sisanya hanya menceritakan bahwa akhirnya Enlil berencana menengelamkan seluruh manusia dalam banjir besar karena kesal melihat hal ini. Enki yang jg mengetahui hal ini diminta untuk bersumpah tidak akan membocorkan rahasia ini.
Tetapi Enki yang menciptakan manusia mengetahui potensi dari manusia2x ini dan kemudian dengan caranya dia memberitahukan perihal banjir besar ini pada Atrahasis/Utnaspistim/Ziusudra (Tergantung mau pake bahasa apa Akkadian, Babilonian,sumerian) yang diperintahkan membuat perahu besar dan memasukan sebanyak mungkin hewan2x secara berpasangan.
Akhirnya hujan besar dan banjir tiba, selama 7 masa banjir menengelamkan bumi. Untuk mengecek apakah banjir sudah surut pertama mereka menurunkan seekor angsa, lalu kemudian seekor gagak dan terakhir seekor merpati yang kembali membawa daun pohon zaitun. Setelah yakin bahwa banjir sudah selesai, mereka kemudian menurunkan hewan2x itu dan kemudian dia membuat Mezbah dan memohon ampunan pada Enlil dan para dewa lainnya.
Utu (Dewa Matahari) yang pertama melihat hal ini segera melaporkan kepada Enlil bahwa ada seorang manusia yang selamat. Enlil sangat marah dan mengetahui bahwa Enki telah melanggar sumpahnya untuk tidak memberitahukan manusia.
Tetapi setelah mendengar pendapat dari Council of Anu yg berkata bahwa jika manusia semua musnah dan tidak ada lagi yang mengerjakan tugas "menuai" dunia ini maka nanti para Dewa akan berperang lagi dan itu akan sangat "Costly". Pohon kehidupan telah rusak dan butuh waktu untuk memperbaikinya dan oleh sebab itu tidak dapat lagi menciptakan manusia jika manusia semua musnah. Dan juga Enki berargumen bahwa
Akhirnya Enlil mengerti dan karena dia melihat bahwa Manusia yang satu ini sungguh2x mau tunduk pada kehendaknya maka dia memberikan air kehidupan yang membuatnya hidup abadi dan diterima di Dilmun (The City Of Heavenly Gods).
Enlil ingin menghukum Enki akibat tindakannya tetapi Enki berhasil untuk membuat Enlil mengerti bahwa tidak adil untuk menghukum seluruh manusia atas tindakan beberapa orang diantara mereka. Enki berhasil membuat kesepakatan dengan Enlil dan dia berjanji tidak akan pernah lagi menghukum manusia dengan banjir besar.
Enki dan Enlil kemudian menaruh "peraturan" baru didalam "ME" (Tablet Of Destiny, yang ngatur semua hukum alam semesta dan jg aturan2x lainnya) yang gunanya menjaga keseimbangan populasi manusia (Dengan menempatkan Wabah Penyakit, kelaparan, etc. Buat ngatur populasi manusia).
(Ini mungkin sebannya kenapa The Black Death selalu muncul setiap 400 thn sekali di Eropa tanpa alasan yang jelas dan hilang tanpa alasan yang jelas pula.)
Dengan ini keseimbangan baru terjadi, langit dan bumi kembali damai sampai datangnya Marduk yg setelah mendapatkan kekuatan Enki dan mengalahkan Enlil kemudian menjadi Raja para Dewa di dunia. Marduk jg merebut "Me" tetapi akhirnya memberikan "Me" itu pada Council of Anu dengan janji bahwa mereak tidak lagi mencampuri urusan kehidupan Manusia tetapi dia jg berjanji bahwa manusia tetap akan memberikan kebutuhan para dewa dari hasil yg dituai dibumi ini. Dengan demikian Marduk menjadi Penguasa Bumi tunggal.
Untuk menjadi Balance dari kekuasaan Marduk, Council of Anu memerintahkan Hannean dan 12 avatar yang diberi jubah emas untuk mengawasi bumi. Hannean ini konon dilahirkan kembali setiap 200/2000 thn sekali dan bersamanya akan ada 12 orang yang menjadi pengikutnya, mereka akan menjadi restorer of the balance. Council Of Anu kemudian pergi dan berjanji akan datang kembali untuk mengambil hasil tuaian itu dan sampai sekarang








Belomancy
Metode ramalan kuno dengan cara melepaskan anak panah. Metode ramalan ini dikenal dengan banyak bentuk. Masyarakat Babylonia dan Syria melekatkan label berisi angka-angka pada anak panah tersebut yang kemudian ditembakkan sejauh mungkin. Cara lainnya yakni dengan menembakkan anak panah ke udara dan kemudian arah serta bentuk pendaratan dari anak panah tersebut ditafsirkan. Metode lainnya dipergunakan oleh masyarakat Yunani dan kemudian oleh masyarakat Arab adalah dengan menembakkan anak panah ke sebuah batu lalu tanda-tanda yang dihasilkan dari tembakan anak panah tersebut ditafsirkan. Sedangkan metode yang dipakai oleh masyarakat Tibet adalah dengan menempatkan dua anak panah dengan ujung lancip mengarah ke bawah di dalam sebuah wadah kemudian mereka akan mengartikan pergerakkan yang terjadi didalamnya. Metode lain adalah dengan melekatkan tulisan-tulisan berisi ramalan pada anak panah lalu dipilih secara acak.

Taman Babylonia dan Persembahan Cinta
I have gazed on the walls of impregnable Babylon,
along which chariots may race,
and on the Zeus by the banks of Alphaeus.
I have seen the Hanging Gardens and the Colossos of Helios,
the great man-made mountains of the lofty pyramids,
and the gigantic tomb of Maussollos.

(Antipator of Sidon-penyair besar Yunani, tahun 2 SM)

Seperti apa taman bergantung Babylonia?Bayangkan sebuah dataran tinggi bertingkat-tingkat setinggi seratus meter. Masing-masing tingkat ditumbuhi ratusan pohon palam, anggur, sycamore, zaitun, apel, akasia, almond, peach dan lili air. Ketika angin bertiup, wangi anggur, zaitun dan peach menelusup ke penciuman, menerbitkan selera. Manis rasa buah dibawa angin sampai ke lidah. Seperti yang dilukiskan puisi tradisional Babylonia: ”seseorang bisa minum sari buah di taman ini, hanya dengan membaui aroma pohonnya saja.”
Ketika angin berhembus, daun-daun palem berguguran dibawa angin mengambang ke kolam-kolam lili air, dan ke kota Babylon di bawahnya. Seluruh wilayah kota terbesar pertama di masa kuno ini (penduduknya diperkirakan 200.000 jiwa) terlihat sangat jelas dari puncak taman. Meski berada di dataran tinggi namun seluruh tanaman disirami air setiap hari. Sistem pengairan taman ini sangat menakjubkan (lihat Rahasia Air yang Memanjat). Tak salah kiranya jika Philon, filsuf Yunani yang gemar berkelana mencatatnya sebagai satu dari tujuh keajaiban kuno dunia. Taman ini sangat memikat hati.


Persembahan Cinta
Layaknya Taj Mahal di India yang dibangun Shah Jahan untuk permaisuri terkasihnya Mumtaz Mahal, taman bergantung Babylonia pun merupakan sebuah persembahan cinta. Taman ini dibangun Nebukadnezar II yang memerintah dari tahun 605-562 SM., diperuntukkan bagi Amytis, permaisuri tercintanya yang berasal dari kerajaan Media. Kerajaan Media berlokasi di pegunungan Persia (Iran). Amytis besar diantara hijaunya pegunungan serta sejuknya semilir angin. Kondisi kerajaannya berbanding terbalik dengan Babylonia. Babylonia merupakan wilayah datar, kering dan panas. Hal ini membuat Amytis selalu terkenang akan hijaunya hutan Media. Ia rindu kembali ke kampung halamannya.
Untuk mengobati kerinduan istrinya raja Nebukadnezar memerintahkan untuk membangun sebuah taman rindang di dataran tinggi. Taman itu dibangun di timur sungai Efrat, sekitar 50 km selatan Baghdad, Iraq. Menurut sejarawan Yunani Diodorus Siculus, lebar taman ini 400 kaki, panjangnya 400 kaki dan tingginya sekitar 80 kaki. Taman ini berdiri di atas ‘alas’ yang terbuat dari batu bata yang ditutup aspal dan keramik. Berfungsi untuk mencegah masuknya rembesan air ke tanah yang berkemungkinan besar akan mengkorosi fondasi taman. Sejarawan lainnya, Herodotus mengungkapkan bahwa taman ini terletak di dalam dinding istana yang berlapis emas yang panjangnya mencapai 56 mil. Jalan taman ini sangat lebar hingga memungkinkan bagi kereta yang ditarik empat ekor kuda untuk berputar balik. Di sini juga berdiri kuil-kuil pemujaan yang berisi patung dewa dari emas. Taman ini dibuat bertingkat, lebih tinggi dari bangunan lain di kota Babylon, menimbulkan ilusi ‘tergantung di udara’. Kesan ini makin jelas bila taman dilihat dari balik rumah-rumah penduduk. Semua tanaman akan terlihat menggantung di atas atap perumahan. Inilah sebabnya kenapa taman itu dinamakan taman bergantung.
Rahasia Air yang Memanjat
Salah satu yang paling menakjubkan dari taman bergantung Babylonia adalah sistem pengairannya. Para kontraktor taman ini berhasil mendisain suatu sistem pengairan yang memungkinkan air sungai Efrat untuk ‘memanjat’ taman setinggi seratus meter itu. Mereka menggunakan semacam pompa kincir raksasa. Dua buah kincir besar—satu diatas yang lain di bawah dihubungkan dengan sebuah rantai. Rantai inilah yang memutar kedua kincir tersebut untuk mengambil dan menuangkan air. Di sepanjang rantai itu diikatkan ember-ember besar yang mengambil air dari sungai efrat, dan menuangkannya ke kolam penampungan di puncak taman. Sistem ini memungkinkan taman untuk menerima air terus menerus. Jadi, meskipun Babylonia merupakan wilayah yang jarang didatangi hujan, tamannya tetap menerima cukup pasokan air.
Antara Ada dan Tiada
Keberadaan taman bergantung Babylonia telah memunculkan kontroversi di kalangan para arkeolog. Keberadaan taman ini diragukan mengingat tak ada bukti arkeologi yang mendukung keberadaannya di masa lalu. Manuskrip-manuskrip cuneiform Babylonia yang ditemukan pun tak ada yang membahasnya, padahal bangunan kuno lainnya seperti ziggurat dan kuil Marduk diterangkan dengan jelas. Bukti yang sering dikemukakan arkeolog yang meyakini keberadaan taman ini adalah kisah dari pasukan Alexander yang Agung. Diceritakan, ketika pasukan Alexander tiba di dataran Mesopotamia dan melihat kota Babylon mereka sangat takjub pada sebuah taman tinggi yang dipenuhi pohon-pohon palem dan berbagai tanaman lain. Kisah mengenai taman itu mereka ceritakan kembali ketika tiba di kampung halaman. Kisah-kisah itulah yang ditulis menjadi puisi oleh banyak penyair. Namun, sebagian arkeolog meragukan kisah ini. Sebab para prajurit itu menceritakan taman, istana raja dan ziggurat secara sekaligus sehingga berkemungkinan besar para sastrawan menggabungkan semua bangunan ini dalam satu kisah. Memberi kesan seolah-olah telah berdiri sebuah bangunan yang menakjubkan. Para sejarahwan yang menceritakan taman itupun—seperti Berossus, Diodorus Siculus, Herodotus dan Philon tak ada yang menyaksikannya secara langsung. Penggalian para arkeolog di reruntuhan kota Babylon pun membuktikan bahwa dinding istana kerajaan tidak sepanjang yang diungkapkan Herodotus. Kemungkinan besar taman yang dimaksudkan adalah sebuah taman kerajaan yang merupakan satu kesatuan dengan ziggurat dan istana. Meski demikian, para arkeolog sampai sekarang tetap berusaha menemukan bukti arkeologis keberadaan taman ini. Jika memang pernah ada mengapa taman sebesar itu sampai musnah tak bersisa? Bencana semacam apa yang membuat bangunan ini rusak luar biasa? Well, kita tunggu saja temuan arkeolog selanjutnya.
Ini Itu Taman Bergantung Babylonia
Taman bergantung sebenarnya tidak sungguh-sungguh tergantung. Ada misinterpretasi soal kata ‘bergantung.’ Orang Yunani menyebut taman ini dengan ‘kremastos’ yang dilatinkan menjadi ‘pensilis’, dan dalam bahasa Inggris disebut ‘overhanging’, artinya berada di balkon atau di teras. Jadi yang dimaksud dengan taman bergantung adalah taman yang berada di dataran tinggi seperti balkon atau teras.

Robert Koldewey adalah arkeologis Jerman yang berhasil menemukan reruntuhan kota Babylon. Ia mulai menggali lokasi situs tahun 1899. Koldewey menggali selama 14 tahun dan berhasil menemukan dinding istana, menara Babel dan fondasi istana Nebukadnezar. Menurut manuskrip hanya ada dua bangunan di kota itu yang terbuat dari batu yakni dinding utara istana dan taman bergantung. Koldewey berhasil menemukan 14 ruangan dari batu. Diperkirakan diantaranya merupakan bagian dari taman bergantung.

Koldewey juga menemukan lubang aneh di lantai, kemungkinan besar di tempat itulah dulu berdiri pompa kincir raksasa taman bergantung.

Lokasi reruntuhan yang ditemukan Koldewey berada jauh dari sungai Efrat. Jadi arkeolog lain masih meragukan kalau reruntuhan itu berasal dari taman bergantung. Sebab menurut sejarahnya taman itu terletak dekat sungai Efrat.

No comments:

Post a Comment