“Apalah Arti Sebuah Nama,” kata William Shakespeare, Pujangga Terkenal Asal Inggris. Tapi Ternyata, Sebuah nama bisa membawa kita ke jejak-jejak sejarah masa lalu. Berikut Asal Usul Nama Di Jakarta :
1. Senayan
Senayan berasal dari bahasa betawi “ Senenan “, Yakni sejenis permainan ketangkasan berkuda. Dulunya, di daerah ini orang-orang sering berkumpul untuk beradu ketangkasan senenan.
2. Petamburan
Pada suatu waktu terjadi peristiwa yang melatar belakangi penamaan daerah ini. Peristiwa itu meninggalnya seorang penabuh tambur daerah didaerah ini dan dimakamkan di bawah pohon jati, sehingga nama kampung ini sebenarnya Jati Petamburan
3. Tanah Abang
Nama Tanah Abang diberikan oleh orang-orang mataram yang berkubu di situ dalam rangka penyerbuan kota Batavia tahun 1628. Ada kemungkinan pasukan Mataram ini yang memberikan nama ini. Karena tanahnya berwana merah ( merah dalam bahasa jawa adalah Abang ). Kemungkinan lain adalah bahwa nama itu diberikan oleh orang-orang banten yang bekerja pada Pho Bingham, waktu membuka hutan di kawasan tersebut.
4. Gondangdia
Nama Gondangdia cukup di kenal oleh kalangan masyarakat asli jakarta karena sering di sebut dalam lagu Betawi “Cikini di Gondangdia, badan begini lantaran dia”.
Ada beberapa versi asal penamaan gondangdia. Versi Pertama, Gondangdia berasal dari nama pengembang yang ditunjuk belanda untuk membangun kawasan menteng, Yaiutu NV Gondangdia. Versi Kedua, berasal dari nama kakek yang terkenal dan disegani di kampung tersebut. kakek tersebut sering di sebut kyai kondang. Karena terkenal, nama kyai itu sering disebut-sebut dan dikaitkan dengan nama daerah tersebut. Akhirnya nama tersebut dikenal Gondangdia ( kakek dia yang tersohor )
5. Kwitang
Nama Kwitang berasal dari nama orang cina yang kaya raya bernama Kwik Tang Kiam. Dia seorang tuan tanah yang memiliki semua tanah di kawasan tersebut.
6. Petojo
Berasal dari nama seorang pimpinan orang-orang Bugis yang pada tahun 1663 diberi hak pakai kawasan tersebut, bernama Aru Petuju. Oleh betawi, petuju diucapkan Petojo
7. Krukut
Asal usul nama Krukut mempunyai beberapa versi. Versi Pertama, Krukut berasal dari sindiran yang diberikan pada orang yang hidupnya sangat hemat atau pelit ( Krokot ). Orang betawi menyebut orang-orang arab yang banyak tinggal di kampung tersebut dengan Krukut, dengan mengubah kata krokot menjadi krukut.
Versi Kedua, Krukut berasal dari bahasa belanda kerkhof yang berarti kuburan. Pada masa lalu kampung tersebut memang merupakan tempat kuburan orang-orang betawi.
8. Glodok
Ada dua pendapat mengenai asal usul nama kawasan ini. Ada yang mengatakan berasal dari kata “grojok”, suara kucuran air dari pancuran. Lidah orang tionghoa mengubah kata grojok menjai Glogok. Dulu, disana terdapat semacam waduk penampungan air dari kali ciliwung yang dikucurkan dengan pancuran dari kayu dengan ketinggian sekitar 10 kaki.
Keterangan lainya menyebutkan, bahwa kata glodok di ambil dari sebutan terhadap jembatan yang melintas kali besar (ciliwung) di kawasan itu, yaitu jembatan Glodok. di sebut demikian karena dahulu diujungnya terdapat tangga yang menempel pada tepi kali, yang biasa digunakan untuk mandi dan mencuci oleh penduduk sekitarnya. Dalam bahasa sunda, tangga semacam itu di sebut Glodok.
9. Pinangsia
Nama jalan di dekat pertokoan Glodok ini berasal dari bahasa Belanda “financien ” yang artinya keuangan. Ada juga yang mengatakan di tempat ini dulunya ada departement van financien, alias departemen keuangan. Oleh lidah orang betawi, kata financien berubah menjadi pinagsia.
10. Kali Angke
Kata angke berasal dari bahasa cina. Ang = darah, ke = sungai. Kata ini didasarkan pada peristiwa pembantaian orang-orang etnis cina oleh belanda di tahun 1740. Mayat orang-orang cina yang bergelimpangan dihanyutkan di kali yang ada di dekat peristiwa itu. Sehingga kali yang penuh dengan mayat itu berganti nama dengan kali angke. Sebelum peristiwa tersebut terjadi, kampung tersebut bernama kampung bebek, hal ini dikarenakan orang cina yang tinggal dikawasan tersebut banyak yang beternak bebek.
11. Pluit
Sekitar tahun 1660, di pantai sebelah timur muara kali angke diletakan sebuah Fluitschip (kapal panjang ramping), bernama Het Witte Paert, yang tidak layak melaut. Kapal ini digunakan menjadi kubu pertahanan untuk membantu benteng Vijhoek yang terletak dipinggir kali grogol, sebelah timur kali angke, dalam menanggulangi serangan-serangan sporadis yang dilakukan oleh pasukan bersenjata kesultanan banten. kubu tersebut dikenal dengan sebutan De Fluit.
12. Marunda
Marunda berasal dari kata “merendah”. Menurut cerita turun temurun, sifat penduduk asli disini memang baik hati, menjauhi sifat sombong yang dilarang agama.
Nama Vegetasi
Jakarta dulunya kaya akan berbagai pohon dan buah-buahan. Buktinya, beberapa tempat dinamakan sesuai dengan pohon yang banyak ditemukan di tempat itu. Misalnya saja daerah yang banyak pohon jatinya, di beri nama dengan kata “Jati”. Misalnya saja Jatinegara, Jatipadang, Kramatjati, dan lain-lain. Ada juga yang menggunakan nama buah-buahan, Misalnya Pedurenan, Kampung Rambutan, Menteng, Kebon Jeruk, kebon Kacang.
Nama Suku
Dari dulu, jakarta adalah tempat persinggahan para pendatang dari berbagai daerah. Para pendatang tersebut biasanya hidup berkelompok sesuai dengan suku ayau etnisnya, sehingga lama-kelamaan terbentuk menjadi kampung. Nama kampung pun diambil dari suku/etnis mereka misalnya Kampung Melayu, Kampung Arab, Kampung Bali, Kampung Bugis, Manggarai, Pekojan, Pejambon.
Rawa-Rawa
Banyak nama daerah di jakarta menggunakan kata rawa. Misalnya saja Rawamangun, Rawajati, Rawasari, dan Rawabelong. Ini menunjukan bahwa daerah tersebut dulunya rawa-rawa. Juga ada pula dengan “pulo”, yang menunjukkan bahwa dulunya daerah tersebut dikitari oleh pulo (air). Contohnya Pulogadung, Kampung Pulo, Pulomas.
BAGIAN II
1. Karet Tengsin
Nama daerah yang kini termasuk kawasan segitiga emas kuningan ini berasal dari nama orang cina yang kaya raya dan baik hati. Orang itu bernama Tan Teng Sien. Karena baik hati dan selalu memberi bantuan kepada orang-orang sekitar kampung, maka Teng Sien cepat dikenal oleh masyarakat sekitar dan selalu menyebut daerah itu sebagai daerah Teng Sien. Karena pada waktu itu banyak pohon karet, maka daerah itu dikenal dengan nama Karet Tengsin.
2. Kebayoran
Kebayoran berasal dari kata kebayuran, yang artinya “tempat penimbunan kayu bayur”. Kayu bayur yang sangat baik untuk dijadikan kayu bangunan karena kekuatanya serta tahan terhadap rayap.
3. Lebak Bulus
Daerah yang terkenal dengan stadion dan terminalnya diambil dari kata “lebak” yang artinya lembah dan “bulus” yang berarti kura-kura. Jadi lebak bulus dapat disamakan dengan lembah kura-kura. Kawasan ini memang kontur tanahnya tidak rata seperti lembah dan di kali Grogol dan kali Pesanggrahan-dua kali yang mengalir di daerah tersebut-memang terdapat banyak sekali kura-kura alias bulus.
4. Kebagusan
Nama kebagusan-daerah yang menjadi tempat hunian mantan presiden megawati-berasal dari nama seorang gadis jelita, Tubagus Letak Lenang. Konon, kecantikan gadis keturunan kesultanan banten ini membuat banyak pemuda ingin meminangnya. Agar tidak mengecewakan hati pemuda itu,ia akhirnya memilih bunuh diri. Sampai sekarang makam itu masih ada dan dikenal dengan nama ibu Bagus.
5. Ragunan
Berasal dari Wiraguna, yaitu gelaran yang di sandang tuan tanah pertama kawasan tersebut berna Hendrik Lucaasz Cardeel, yang diperolhnya dari sultan banten Abunasar Abdul Qahar, putra Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Pasar Rumput
Dulu, tempat ini merupakan tempat berkumpulnya para pedagang pribumi yang menjual rumput. Para pedagang rumput terpaksa mangkal dilokasi ini karena mereka tidak diperbolehkan masuk ke permukiman elit menteng. Saat itu, sado adalah sarana transportasi bagi orang-orang kaya sehingga hampir sebagian besar penduduk menteng memelihara kuda.
7. Paal Meriam
Asal usul nama daerah yang berada diperempatan Matraman dengan jatinegara ini berasal dari suatu peristiwa sejarah yang terjadi sekitar tahun 1813. Pada waktu itu pasukan artileri meriam inggris yang akan menyerang batavia, mengambil daerah itu untuk meletakan meriam yang sudah siap ditembakan. Peristiwa tersebut sangat mengesankan bagi masyarakay sekitar dan menyebut nama daerah ini paal meriam (tempat meriam disiapkan)
8. Cawang
Duku, ketika belanda berkuasa, ada seorang letnan melayu yang mengabdi pada kompeni, bernama Ende Awang. Letnan ini bersama anak buahnya bermukim di kawasan yang tak jauh dari jatinegara. Lama kelamaan sebutan Ence Awang berubah menjadi Cawang.
9. Pondok Gede
Sekitar Tahun1775, Lokasi ini merupakan lahan pertanian dan peternakan yang disebut dengan onderneming. Di sana terdapat sebuah rumah yang sangat besar milik tuan tanah yang bernama Johannes Hoojiman. Karena Merupakan satu-satunya bangunan besar yang ada dilokasi tersebut, banguna itu sangat terkenal. Masyarakat pribumi pun menjulukinya “Pondok Gede”
10. Condet Batu Ampar dan Balekambang
Pada jaman dahulu ada sepasang suami istri, namanya pangeran geger dan nyai polong, memiliki beberapa orang anak. Salah satu anaknya, perempuan, di beri nama Siti Maemunah, terkenal sangat cantik. Pangeran Astawana, anak pangeran Tenggara atau Tonggara asal makassar pun tertarik melamarnya.
Siti Maemunah meminta dibangunkan sebuah rumah dan tempat peristirahatan diatas empang, dekat kali ciliwung, yang harus selesai dalam satu malam. Permintaan itu disanggupi dan menurut legenda, esok harinya sudah tersedia rumah dan sebuah bale disebuah empang dipinggir kali ciliwung. Untuk menghubungkan rumah itu dengan kediaman keluarga pangeran tenggara , dibuat jalan yang diampari (dilapisi) Batu.
Demikian menurut cerita, tempat yang dilalui jalan yang diampari batu itu selanjutnya disebut batu ampar, dan bale (balai) peristirahatan yang seolah-olah mengambang di atas air itu di sebut Balekambang.
taken from : kudoni.wordpress.com
No comments:
Post a Comment